Awal Februari 2023
Kami periksa ke dokter, dan
dokter bilang bahwa air ketuban masih banyak, plasenta masih sangat bagus.
"Ini kalaupun maju ga bakal maju lama
ya". Disitu ada kata "kalaupun"
yaa. Jadi kami menyimpulkan kemungkinan besar malah tidak maju dari hpl (atau
bahkan mundur, sepertihalnya dulu lahirnya Rara).
4 Maret 2023
Sejak pagi keluar lendir
warna pink, semakin lama semakin merah dan semakin banyak. Tapi, tidak ada rasa
mules, sakit, atau nyeri apapun. Hanya perut bagian bawah terasa sangat
tertekan dan berat buat jalan. Sudah berpesan ke suami untuk rajin-rajin check
hape, kalau-kalau waktunya melahirkan semakin dekat. Tapi, hingga malam hari tidak
ada tanda-tanda kontraksi yang jarak waktunya konsisten meski lendir keluar
semakin banyak. Hanya sesekali nyeri yang itupun sakitnya masih sangat ringan.
Yaa meski untuk tidur, kami tetap tak bisa nyenyak, harap-harap cemas.
5 Maret 2023
Dini hari
Perut bagian bawah merasa
semakin tertekan, lendir keluar juga semakin banyak (meski mules atau nyeri
kontraksi tak kunjung datang). Akhirnya, memutuskan untuk pergi ke rumah sakit,
waktu itu sesaat sebelum subuh. Sesampainya di rumah sakit, di cek oleh bidan,
dan ternyata memang masih bukaan 2. Baiklah
Pukul 09.00
Cek pembukaan berikutnya
adalah pukul 09.00, dan ternyata masih sama. Bukaan 2. Kami memutuskan
jalan-jalan di sekitaran rumah sakit. Kaki sudah terasa berat, tapi memang
nyerinya kontraksi belum terlalu kurasakan.
Pukul 14.00
Cek pembukaan berikutnya
adalah pukul 14.00, dan ternyata masih sama 😭. Bukaan 2. Saat itu, sebenarnya kaki sudah sangat berat dan
capek sekali untuk jalan, tapi (katanya) salah satu cara untuk mempercepat
bukaan adalah dengan jalan kaki, akhirnya aku tetap paksakan jalan. Kontraksi
pun sudah sering, dan sakitnya yaa sudah mulai harus sambil hirup-buang nafas
kenceng-kenceng.
Pukul 15.30
Cek bukaan langsung oleh
dokter, dan masih sama. Bukaan 2. Dalam hatiku "Ya Allah 😭 Ini sakitnya kontraksi udah berlipat lipat, tapi kenapa
bukaannya ga bertambah 😭. Dokter bilang "gapapa, ini udah longgar kok. Kamu jalan
terus? Jangan.. Capek kalau begitu.. Kalau sakitnya datang, kamu jalan. Kalau
sakitnya hilang, kamu duduk".
Sungguh apa yang kulakukan
sebelumnya (sakitnya datang, berhenti. Sakitnya hilang, jalan 😁) berkebalikan dengan yang seharusnya dilakukan, tapi ya mana
tau kan, fokusnya cuma jalan 😅 Aku sudah tak sanggup lagi
untuk jalan di luar ruangan. Sejak itu, di samping ranjang, dengan bantuan
suami, berusaha menahan sakit, berdiri dan jalan saat kontraksi datang (hu.u
masih inget banget rasanya, tapi alhamdulillah bisa menikmati semua proses itu,
dalam hati masih bisa bersyukur sama Allah, berterimakasih sama suami, dan
banyak-banyak berdoa).
17.30 - 18.30
Tiga kali bidan datang ke
ruangan. Pertama kali, pasang infus dan cek bukaan memang bertambah. Tapi, yaa
baru bukaan 3 😭 Oke, setidaknya bertambah
yaa..
Tak berselang lama, ada tiga
bidan masuk ke ruangan. Cek ulang, dan tetap bukaan 3. Tapi, ada obrolan di
antara mereka yang aku ga mengerti maksudnya "3 kan? Tapi tipis banget kan ini, dan bla bla bla". Kemudian, salah satu dari mereka menginstruksikan untuk
menyiapkan kain/jarik, masker, dll. Kalau bukaan sudah 4, disarankan untuk
langsung ke ruang bersalin dengan membawa barang2 yg perlu disiapkan tadi.
Beberapa waktu kemudian, cek
kembali bukaan, dan alhamdulillah sudah bukaan 4. Bidan langsung bertanya
"sudah siap barang-barangnya?".
Dan kamipun menuju ruang bersalin
18.30 - 19.30
Prosesnya terjadi begitu
cepat. Begitu masuk ruang bersalin, atur posisi tidur, begitu di cek ternyata
sudah bukaan 6. Kemudian ketuban pecah. Tidak berselang lama bukaan 9.
Disinilah sakit kontraksi sesungguhnya dimulai, hasrat mengejan sudah tak
tertahan, tapi masih diminta untuk menahan dulu. Dokter datang, bukaan pun
lengkap, dibantu dengan dua bidan pendamping, dan alhamdulillah mereka
semua sangat membantu prosesnya persalinan, seperti membantu memegang kedua
kaki, mengingatkan untuk tidak memejamkan mata saat mengejan dan melihat ke
perut, dll (Ini juga memorable banget karena persalinan pertama dulu tidak
sedemikian rupa mendapat pendampingan 😭)
19.30
Alhamdulillah, terdengar
suara tangisan pertama dari putri sholihah. Dia lahir dengan sehat selamat,
semoga menambah keberkahan dan kebahagiaan keluarga kecil kami. Suami masih
setia menemani, sambil berulang kali mengucapkan terimakasih (Padahal aku juga
yang harusnya banyak-banyak terimakasih) 😢. Well, sakitnya dijahit sudah
tak seberapa dibanding sakitnya menahan kontraksi dan terbayarkan dengan
leganya hati si kecil sudah lahir. Alhamdulillah
Selamat datang di keluarga kecil kami sholihah, kami sematkan nama untukmu Fatimah Hanum As Sajidah. Semoga tumbuh menjadi hamba Allah yang senantiasa menjadikan sujud sebagai sandaran hidupnya, dan semoga kelak menjadi putri yang lemah lembut nan mulia selayaknya Fatimah binti Rasulullah SAW. Aamiin