Follow Us @whanifalkirom

Rabu, 17 Mei 2023

Selamat Datang, Sholihah :)

21.13 0 Comments

Awal Februari 2023

Kami periksa ke dokter, dan dokter bilang bahwa air ketuban masih banyak, plasenta masih sangat bagus. "Ini kalaupun maju ga bakal maju lama ya". Disitu ada kata "kalaupun" yaa. Jadi kami menyimpulkan kemungkinan besar malah tidak maju dari hpl (atau bahkan mundur, sepertihalnya dulu lahirnya Rara).

 

4 Maret 2023

Sejak pagi keluar lendir warna pink, semakin lama semakin merah dan semakin banyak. Tapi, tidak ada rasa mules, sakit, atau nyeri apapun. Hanya perut bagian bawah terasa sangat tertekan dan berat buat jalan. Sudah berpesan ke suami untuk rajin-rajin check hape, kalau-kalau waktunya melahirkan semakin dekat. Tapi, hingga malam hari tidak ada tanda-tanda kontraksi yang jarak waktunya konsisten meski lendir keluar semakin banyak. Hanya sesekali nyeri yang itupun sakitnya masih sangat ringan. Yaa meski untuk tidur, kami tetap tak bisa nyenyak, harap-harap cemas.

 

5 Maret 2023

Dini hari

Perut bagian bawah merasa semakin tertekan, lendir keluar juga semakin banyak (meski mules atau nyeri kontraksi tak kunjung datang). Akhirnya, memutuskan untuk pergi ke rumah sakit, waktu itu sesaat sebelum subuh. Sesampainya di rumah sakit, di cek oleh bidan, dan ternyata memang masih bukaan 2. Baiklah

 

Pukul 09.00

Cek pembukaan berikutnya adalah pukul 09.00, dan ternyata masih sama. Bukaan 2. Kami memutuskan jalan-jalan di sekitaran rumah sakit. Kaki sudah terasa berat, tapi memang nyerinya kontraksi belum terlalu kurasakan.

 

Pukul 14.00

Cek pembukaan berikutnya adalah pukul 14.00, dan ternyata masih sama 😭. Bukaan 2. Saat itu, sebenarnya kaki sudah sangat berat dan capek sekali untuk jalan, tapi (katanya) salah satu cara untuk mempercepat bukaan adalah dengan jalan kaki, akhirnya aku tetap paksakan jalan. Kontraksi pun sudah sering, dan sakitnya yaa sudah mulai harus sambil hirup-buang nafas kenceng-kenceng.

 

Pukul 15.30

Cek bukaan langsung oleh dokter, dan masih sama. Bukaan 2. Dalam hatiku "Ya Allah 😭 Ini sakitnya kontraksi udah berlipat lipat, tapi kenapa bukaannya ga bertambah 😭. Dokter bilang "gapapa, ini udah longgar kok. Kamu jalan terus? Jangan.. Capek kalau begitu.. Kalau sakitnya datang, kamu jalan. Kalau sakitnya hilang, kamu duduk".

Sungguh apa yang kulakukan sebelumnya (sakitnya datang, berhenti. Sakitnya hilang, jalan 😁) berkebalikan dengan yang seharusnya dilakukan, tapi ya mana tau kan, fokusnya cuma jalan 😅 Aku sudah tak sanggup lagi untuk jalan di luar ruangan. Sejak itu, di samping ranjang, dengan bantuan suami, berusaha menahan sakit, berdiri dan jalan saat kontraksi datang (hu.u masih inget banget rasanya, tapi alhamdulillah bisa menikmati semua proses itu, dalam hati masih bisa bersyukur sama Allah, berterimakasih sama suami, dan banyak-banyak berdoa).

 

17.30 - 18.30

Tiga kali bidan datang ke ruangan. Pertama kali, pasang infus dan cek bukaan memang bertambah. Tapi, yaa baru bukaan 3 😭 Oke, setidaknya bertambah yaa..

Tak berselang lama, ada tiga bidan masuk ke ruangan. Cek ulang, dan tetap bukaan 3. Tapi, ada obrolan di antara mereka yang aku ga mengerti maksudnya "3 kan? Tapi tipis banget kan ini, dan bla bla bla". Kemudian, salah satu dari mereka menginstruksikan untuk menyiapkan kain/jarik, masker, dll. Kalau bukaan sudah 4, disarankan untuk langsung ke ruang bersalin dengan membawa barang2 yg perlu disiapkan tadi.

Beberapa waktu kemudian, cek kembali bukaan, dan alhamdulillah sudah bukaan 4. Bidan langsung bertanya "sudah siap barang-barangnya?". Dan kamipun menuju ruang bersalin

 

18.30 - 19.30

Prosesnya terjadi begitu cepat. Begitu masuk ruang bersalin, atur posisi tidur, begitu di cek ternyata sudah bukaan 6. Kemudian ketuban pecah. Tidak berselang lama bukaan 9. Disinilah sakit kontraksi sesungguhnya dimulai, hasrat mengejan sudah tak tertahan, tapi masih diminta untuk menahan dulu. Dokter datang, bukaan pun lengkap, dibantu dengan dua bidan  pendamping, dan alhamdulillah mereka semua sangat membantu prosesnya persalinan, seperti membantu memegang kedua kaki, mengingatkan untuk tidak memejamkan mata saat mengejan dan melihat ke perut, dll (Ini juga memorable banget karena persalinan pertama dulu tidak sedemikian rupa mendapat pendampingan 😭)

 

19.30

Alhamdulillah, terdengar suara tangisan pertama dari putri sholihah. Dia lahir dengan sehat selamat, semoga menambah keberkahan dan kebahagiaan keluarga kecil kami. Suami masih setia menemani, sambil berulang kali mengucapkan terimakasih (Padahal aku juga yang harusnya banyak-banyak terimakasih) 😢. Well, sakitnya dijahit sudah tak seberapa dibanding sakitnya menahan kontraksi dan terbayarkan dengan leganya hati si kecil sudah lahir. Alhamdulillah


Selamat datang di keluarga kecil kami sholihah, kami sematkan nama untukmu Fatimah Hanum As Sajidah. Semoga tumbuh menjadi hamba Allah yang senantiasa menjadikan sujud sebagai sandaran hidupnya, dan semoga kelak menjadi  putri yang lemah lembut nan mulia selayaknya Fatimah binti Rasulullah SAW. Aamiin

Kamis, 10 Maret 2022

Ketika Ayah Siap Kerja

21.58 0 Comments

Ketika Ayah siap kerja,

Rara   : “Ayah mau kerja?

Ibuk   : “Iya

Rara   : “Ayah ga kerjaaaa

Ibuk   : “Ya kerja lah, biar dapet uang

Rara   : “Ayah beli uang aja

***

Logika ini dapatnya darimana? Ya dari kami, orangtuanya. Sesering kami menjawab dengan “Yaudah nanti beli dulu yaa”. “Gapapa, nanti beli lagi. Oke?”. Sebenarnya pernyataan ini menanggapi dia yang mau makan sama telur, dia yang yupinya ga sengaja jatuh, dia yang pengin diikat rambutnya, dan hal sederhana lainnya. Tapi, bagi anak kecil tidak ada hal yang sederhana. Semuanya penting. Diserap dalam otak, membuat kesimpulan-kesimpulan yang benar menurutnya _Sesuatu hal bisa didapat dengan kita membeli_. Semudah dia pada akhirnya bilang “nanti beli sepeda ya, atau ayah beli mobil ya”.

Iya, terkadang kita baru tersadar. Berkomunikasi dengan anak-anak itu perlu seni, perlu belajar menjaga kata-kata yang sering kali spontan terucap begitu saja.

Minggu, 02 Januari 2022

Resep Sayur Sawi Kuah

22.12 0 Comments

 

SAYUR SAWI KUAH

Bahan :

1.     1 ikat sawi hijau, potong

2.    2 potong tahu putih, potong kecil

3.    2 buah wortel ukuran kecil, iris bulat tipis

4.    10 butir bakso, potong 2 bagian

5.    1 buah tomat, potong dadu

6.    Garam, gula, lada bubuk, penyedap secukupnya

7.    Bawang goreng

8.    Air secukupnya

9.    Minyak secukupnya

 

Bumbu iris:

1.     2 siung bawang putih

2.    3 siung bawang merah

3.    1 ruas kencur

 

Cara Memasak :

1.     1. Tumis bawang merah, bawang putih, dan kencur. Angkat, tiriskan

2.    2. Didihkan air, masukkan wortel, tahu, dan bakso

3.    3. Tuang bawang merah, bawang putih, dan kencur yang sudah ditiriskan ke dalam air 

4.    4. Masukkan sawi hijau

5.    5. Masukkan garam, gula, lada bubuk, dan penyedap

6.    6. Masukkan potongan tomat segar

7.    7. Taburkan bawang goreng secukupnya

8.    8. Koreksi rasa, angkat dan sajikan!

 

~Selamat Menikmati~

Minggu, 28 November 2021

Je_lek vs Je_lita

23.11 0 Comments

 


Ayah : “Rara Can……..”

Rara : “….tik”

Ayah : “Rara, kalau ibu Je…….”

Ibu : “Iya iya, ibuk jelek. Ayah ga boleh gitu ngajarin anaknya. Ngajarin tuh omongan yang baik-baik”

Ayah : “JELITA maksudnya. Gitu kan kalau orang bawaannya su’udzon terus”

Ibu : (ngakak. Tenang, sampe sekarang tetep ga percaya sih kalau belio emang niat mo bilang jelita)


#kisahkeluargakecilkami

Sabtu, 13 November 2021

😢

23.49 0 Comments

 



Satu tahun lalu.

Bapak,

Saat itu semua anak Bapak pulang ke rumah, tapi kami berduka

 

Semoga Allah lapangkan kubur Bapak.

Semoga anak-anak Bapak tidak mengecewakan Bapak.

Semoga kelak, kita semua berkumpul kembali di surga, bersama Bapak.

 

Aamiin

Minggu, 26 September 2021

Gelang Karet

22.12 0 Comments

 


Cuma gelang karet ya. Ah kayaknya ada lah. Satu doang

Menjelang malam kucari-cari keberadaannya, dari ruang tamu sampai dapur. Dan ga kutemukan. Besok pagi kegiatan anak di kelas butuh karet, Cuma satu sih. Eh suami meluncur dong ke warung padang, beli nasi bungkus. Padahal yang kubutuhin karetnya, bukan nasinya. Padahal yang bertugas ngajar bukan aku, tapi partner satu kelas. Cuma kalau ga persiapan ya gimana gitu.

Daripada besok bagi ngedumel”. Katanya

Ah MasyaAllah si Bapak satu anak ini.


#kisahkeluargakecilkami

Jumat, 02 Juli 2021

"Lion"

22.21 0 Comments

 


Saat dimana kami tidak faham dengan Rara. Tetiba dia “khaaawwww” berulang kali.

Kami sedang memandangi arah jendela dan sesekali membicaraka pesawat yang berjajar di luar sana.

Oh 

Lama-lama kami mengerti. Rara menyimak dan merespon pembicaraan kami. Dia sedang menirukan suara “lion”. Bedanya, lion yang kami bicarakan adalah lion pesawat, sedang lion yang dimengerti Rara adalah lion singa.

Baiklah..

#kisahkeluargakecilkami

Rabu, 10 Februari 2021

Terimakasih

00.06 0 Comments

 

Terimakasih untuknya.

Yang selalu memastikan hari-hariku berjalan baik-baik saja, mulai bangun tidur-hingga kembali tidur.

Yang selalu mengorbankan waktunya, selalu pulang di sela-sela jam kerja, demi aku yang memintanya untuk menjaga Rara sebentar saja.

Yang selalu lembut, tidak pernah menyuruh ini-itu, bahkan memintaku menjahitkan celananya yang sedikit robekpun tidak.

Yang selalu menemaniku kala aku tidur larut, tidak mempermasalahkan kala aku terlambat bangun.

Yang tidak pernah protes sama sekali aku tak masak, tak menyiapkan makanan apa-apa di rumah, kemudian mengalah keluar membeli sesuatu untuk dimakan.

Yang dengan mudahnya membantu mencuci baju, mencuci piring, menyapu halaman, membersihkan kamar mandi. Tapi tak pernah lipat baju, karena bagiku lipatannya tak pernah rapi. Hehe

Dia memang banyak kurangnya. Banyak juga sikap yang aku tak menyukainya. Samahalnya aku, tentu. Tapi terimakasih, selalu menjadi laki-laki yang selalu belajar menjadi lebih baik setiap harinya. Mari selalu bahagia. 💗💗

#kisahkeluargakecilkami

Senin, 18 Mei 2020

Rara~

21.02 0 Comments



Sudah lama tidak iseng menulis, tahu-tahu Rara sudah besar. Melihat foto-foto lama ketika baru pertamakalinya dia lahir, terharu. Terimakasih yaa, selalu menjadi teman ibuk kemana-mana.

Masih ingat persis awal tahu hamilnya.
Waktu itu kakiku capek, rasanya beraaaaat sekali menopang beban tubuh. Ah, mungkin saja itu hanyalah akumulasi dari capek usai mudik Sumatra yang memakan waktu puluhan jam naik bus. Perjalanan terjauh selama ini. Sempat satu hari ijin untuk tidak masuk mengajar, periksa ke dokter, dan dibilang radang sendi pangkal paha. Wah. Minum obat dari dokter sudah, berkurang, tapi tak seberapa. Menyadari bahwa aku juga terlambat menstruasi, “Jangan-jangaaaan aku hamil”. “Tapi, tidak-tidak, terlambat juga wajar kan kalau kondisi badan sedang capek”. Genap delapan hari terlambat, daann memang garis dua. Alhamdulillah, senang sekali kala itu.

Jika kamu merasa mual, lebih mudah capek, perut tidak enak, pusing, dan keluhan lainnya. Selama kamu masih bisa tertawa, dan menahan itu semua, maka itu wajar sewajarnya orang hamil. Kecuali kamu merasa sakit perut yang tak tertahan hingga bahkan pendarahan, atau pusing yang diluar batas”. Kata bidan tempatku periksa pertama kalinya. Jadi? Kehamilanku cenderung kubawa santai, jarang sekali control (bahkan kalau orang bertanya usia atau ukuran janin, aku tidak tahu), Tidak ada satupun obat / vitamin tambahan yang aku minum. Aku masih kuat mengangkat benda-benda yang agak berat. Aku masih sering minum es (yang kalau ibuku tahu pasti akan marah), dan banyak hal lainnya yang mungkin bagi sebagian orang “pantangan”. Bagiku yang penting, tetap hati-hati, jaga kesehatan, dan serahkan penjagaan sepenuhnya padaNya. Udah, itu saja. Alhamdulillah.

Sekarang Rara sudah gede. Sudah suka teriak-teriak. Sudah merangkak, dan akan semakin cepat langkahnya sambil tertawa lepas kalau dikejar. Sudah bisa marah kalau barang yang dipegang diambil. Suka nggak sabaran kalau makanan sudah terlihat tapi belum disuapin. Suka sengaja membenturkan kepalanya sendiri pelan-pelan kalau nemu tembok. Sudah pandai geleng-geleng, dan tepuk-tepuk. Sudah lincah berbalik arah kalau tetiba denger openingnya video Nusa dan Rara. Sudah respon cepat kalau dipanggil. Suka menggenggam barang-barang kecil yang disukainya, sampe dibawa tidur. Takut sama boneka, takut sama mainan ­cow­ yang bisa jalan sendiri, takut sama ayahnya yang habis potong rambut. Dan tentu masih banyak hal lain, yang kami, sebagai orangtua selalu belajar dari proses tumbuh kembangnya. Terimakasih Rara

Yogyakarta, 18 Mei 2020