Alhamdulillah, bulan yang paling dirindu itu kini
datang. Bagaimana tidak? Bahkan ketika tidurnya menjadi ibadah, tiap-tiap
shalat fardhunya ibarat 70 shalat fardhu di bulan yang lain, shalawatnya
memberatkan timbangan saat timbangan meringan, satu ayatNya bak khatam Al
Qur’an pada bulan yang lain, dan .......-istimewa-. Semoga, cinta-cinta kian
bertebar dan melekat, untukNya, dariNya. Aamiin
Ada sesuatu yang berbeda, tatkala masjid kampus yang
begitu besar itu, begitu penuh sesak berdesarkan. Satu-satu, dan beberapa
gerombolan bergiliran memenuhi jalanan sesaat setelah adzan merdu
berkumandang. Pelataran poliklinik, yang berubah fungsi menjadi tempat
parkir dadakan. Tak terkecuali aku, dan beberapa kawanku (Alya, Ria,
Kholiv) sungguh antusias berlari-lari kecil, berjalan di sela-sela barisan,
tepat persis hanya bersisa shaf paling belakang.
Semangatnya pengurus masjid setempat, menyambut hari
pertama ramadhan dengan menghadirkan anggota terhormat dari KPK. Jam ceramah
yang dinamakan ‘kultum’ itu kini berubah menjadi ‘kuljam’ yang berarti kuliah
satu jam. Bukan karena tiada niat untuk mendengarkan, hanya saja kerasnya speaker
justru menggema memantulkan tepat di gendang telinga kami. Tak ada sesuatu yang
kami dengar jelas, dan layaknya anak-anak yang belum menginjak belia, bosan
mulai mendera.
“Hanif, Ayo pulang saja, kita shalat tarawih di
kosmu”. Kata Alya
“Nanggung si Al...” Jawabku. Sejenak merasa bersalah.
Mengingat pengalamanku tahun kemarin, aku yang menyarankan untuk shalat di
sini. Kulirik wajah Ria, hanya diam tak berekspresi.
“Terus kita mau ngapain?, aku nggak ngantuk tapi
bosen. Lapar juga”
“Iya, ya, harusnya tadi bawa kamera, terus foto-foto.
Kayaknya seru kalau rame penuh orang kayak gini” Ria menimpali
“Ni Hapeku. Hape paling canggih yang kalian pasti
nggak punya. Kamera otomatis dan praktis” Aku sengaja mengeluarkan hapeku,
N2310 Yang tentunya tak ada fasilitas apapun kecuali sms dan telepon. Itupun
masih beruntung, tidak mati semaunya.
“Iya nif, hapemu bagus sekali, kita memang nggak punya
ya ri”. Jawab Alya kemudian.
Sedikit obrolan kecil kami, berharap rasa bosan itu
segera bosan menghampiri kami. Namun, waktu seperti tak berjalan, semakin lama
saja rasanya. Hingga kami memutuskan untuk bermain selayaknya 12 tahun lalu,
A-B-C sambil menghitung jari-jari kami yang sengaja terlihat untuk dihitung.
“Manggis”
“Mangga”
“Melon” Mencoba saling berebut jawaban.
“Fakel”
“Felem”
“Fefaya” Dan kamipun tertawa.
“Maslow”
“Materialism”
“Maturition” Justru lebih sulit memikirkan jawaban
seputar istilah psikologi. Dan Kholiv masih tetap disampingku, bermain games
dari HP, sambil berkali-kali memamerkan gol yang telah dimenangkannya. Beberapa
anak kecil di sebelah kanan kami saling tertawa, jua ada yang menangis
memanggil ibunya. Beberapa anak lain di samping kiri kami, oh, tertawa
lebar-manyun-menjulurkan lidah- tepat di depan kamera. Foto-foto. Mungkin ini
suatu kesalahan, semoga tak terulang di esok kemudian. Bahkan, sebosan apapun,
menghargailah, maka engkau akan dihargai.#tettot
Tepat pukul 21.10 kami keluar dari halaman masjid.
Cukup lama memang, tak apalah, meski itu karena tak menyadari & tak
sengaja tarawih tadi berbilang 23 raka’at. Perut-perut lapar, sejenak juga
mulai melaparkan kesabaran kami. Sedikit saling keras ‘berdiskusi’ dan
lagi-lagi, pada akhirnya Safira selalu saja menjadi muaranya, saat tak ada lagi
pilihan yang tepat untuk dipilih. Tetap makan, meski Ria dan Alya mulai tak
berselera dan menyisihkan sisa. Tetap mencoba tersenyum, berpamitan, dan mereka
pulang. Semoga esok lebih baik kawan...
Lalu pagi ini, entah siapa mengetuk pintuku menjelang
setengah tiga, sungguh terimakasih. Bangkit mengambil air wudhu, dua raka’at
shalat malam, tilawah beberapa lembar, memasak air panas, menyeduh pop-mie
hangat sambil mendengar murottal, bercakap dengan orangtua (sedikit bercerita
perihal KKNku), mandi, shalat subuh, tilawah beberapa lembar (lagi). Ah, nikmat
Tuhanmu yang manakah yang Engkau dustakan? Sepertinya, momentum di Jogja kan
menarik untuk tetap dikenang.
Semoga hari ini Allah melimpahkan cintanya untukku, keluargaku, teman-temanku, dan semuanya. Menjadi awal pribadi yang lebih baik lagi. Aamiin. Selamat beraktivitas.