Follow Us @whanifalkirom

Rabu, 10 Juli 2013

Welcome Ramadhan

05.05 0 Comments
Alhamdulillah, bulan yang paling dirindu itu kini datang. Bagaimana tidak? Bahkan ketika tidurnya menjadi ibadah, tiap-tiap shalat fardhunya ibarat 70 shalat fardhu di bulan yang lain, shalawatnya memberatkan timbangan saat timbangan meringan, satu ayatNya bak khatam Al Qur’an pada bulan yang lain, dan .......-istimewa-. Semoga, cinta-cinta kian bertebar dan melekat, untukNya, dariNya. Aamiin
Ada sesuatu yang berbeda, tatkala masjid kampus yang begitu besar itu, begitu penuh sesak berdesarkan. Satu-satu, dan beberapa gerombolan bergiliran memenuhi jalanan sesaat setelah adzan merdu berkumandang.  Pelataran poliklinik, yang berubah fungsi menjadi tempat parkir dadakan.  Tak terkecuali aku, dan beberapa kawanku (Alya, Ria, Kholiv) sungguh antusias berlari-lari kecil, berjalan di sela-sela barisan, tepat persis hanya bersisa shaf paling belakang.
Semangatnya pengurus masjid setempat, menyambut hari pertama ramadhan dengan menghadirkan anggota terhormat dari KPK. Jam ceramah yang dinamakan ‘kultum’ itu kini berubah menjadi ‘kuljam’ yang berarti kuliah satu jam. Bukan karena tiada niat untuk mendengarkan, hanya saja kerasnya speaker justru menggema memantulkan tepat di gendang telinga kami. Tak ada sesuatu yang kami dengar jelas, dan layaknya anak-anak yang belum menginjak belia, bosan mulai mendera.
“Hanif, Ayo pulang saja, kita shalat tarawih di kosmu”. Kata Alya
“Nanggung si Al...” Jawabku. Sejenak merasa bersalah. Mengingat pengalamanku tahun kemarin, aku yang menyarankan untuk shalat di sini. Kulirik wajah Ria, hanya diam tak berekspresi.
“Terus kita mau ngapain?, aku nggak ngantuk tapi bosen. Lapar juga”
“Iya, ya, harusnya tadi bawa kamera, terus foto-foto. Kayaknya seru kalau rame penuh orang kayak gini” Ria menimpali
“Ni Hapeku. Hape paling canggih yang kalian pasti nggak punya. Kamera otomatis dan praktis” Aku sengaja mengeluarkan hapeku, N2310 Yang tentunya tak ada fasilitas apapun kecuali sms dan telepon. Itupun masih beruntung, tidak mati semaunya.
“Iya nif, hapemu bagus sekali, kita memang nggak punya ya ri”. Jawab Alya kemudian.
Sedikit obrolan kecil kami, berharap rasa bosan itu segera bosan menghampiri kami. Namun, waktu seperti tak berjalan, semakin lama saja rasanya. Hingga kami memutuskan untuk bermain selayaknya 12 tahun lalu, A-B-C sambil menghitung jari-jari kami yang sengaja terlihat untuk dihitung.
“Manggis”
“Mangga”
“Melon” Mencoba saling berebut jawaban.
“Fakel”
“Felem”
“Fefaya” Dan kamipun tertawa.
“Maslow”
“Materialism”
“Maturition” Justru lebih sulit memikirkan jawaban seputar istilah psikologi. Dan Kholiv masih tetap disampingku, bermain games dari HP, sambil berkali-kali memamerkan gol yang telah dimenangkannya. Beberapa anak kecil di sebelah kanan kami saling tertawa, jua ada yang menangis memanggil ibunya. Beberapa anak lain di samping kiri kami, oh, tertawa lebar-manyun-menjulurkan lidah- tepat di depan kamera. Foto-foto. Mungkin ini suatu kesalahan, semoga tak terulang di esok kemudian. Bahkan, sebosan apapun, menghargailah, maka engkau akan dihargai.#tettot
Tepat pukul 21.10 kami keluar dari halaman masjid. Cukup lama memang, tak apalah, meski itu karena tak menyadari & tak sengaja tarawih tadi berbilang 23 raka’at. Perut-perut lapar, sejenak juga mulai melaparkan kesabaran kami. Sedikit saling keras ‘berdiskusi’ dan lagi-lagi, pada akhirnya Safira selalu saja menjadi muaranya, saat tak ada lagi pilihan yang tepat untuk dipilih. Tetap makan, meski Ria dan Alya mulai tak berselera dan menyisihkan sisa. Tetap mencoba tersenyum, berpamitan, dan mereka pulang. Semoga esok lebih baik kawan...
Lalu pagi ini, entah siapa mengetuk pintuku menjelang setengah tiga, sungguh terimakasih. Bangkit mengambil air wudhu, dua raka’at shalat malam, tilawah beberapa lembar, memasak air panas, menyeduh pop-mie hangat sambil mendengar murottal, bercakap dengan orangtua (sedikit bercerita perihal KKNku), mandi, shalat subuh, tilawah beberapa lembar (lagi). Ah, nikmat Tuhanmu yang manakah yang Engkau dustakan? Sepertinya, momentum di Jogja kan menarik untuk tetap dikenang.
Semoga hari ini Allah melimpahkan cintanya untukku, keluargaku, teman-temanku, dan semuanya. Menjadi awal pribadi yang lebih baik lagi. Aamiin. Selamat beraktivitas.