Hadits Pertama, Innamal a'mal
bin-niyah. Bahwa segala tindakan, segala ekspresi dan apresiasi, tergantung
kepada niat. Yakni jika niatnya baik, maka dihitung baik, dan begitu sebaliknya.
Atau jika tidak ada niat maka lewat begitu saja.
Hadits Kedua, min husni Islamil
mar'i tarkuhu maa laa ya'nih. Bahwa jika kita ingin kualitas keislaman kita
bagus, jadi muslim yang baik, maka tinggalkan segala hal yang tidak perlu dan
tidak penting. Kerjakan lebih dulu yang menjadi prioritas. Sebab terus terang
kita masih cukup banyak mengurusi hal-hal tak penting.
Hadits Ketiga, laa yu'minu
ahadukum hatta yuhibba li akhihi maa yuhibbu li nafsih. Bahwa seseorang imannya
belum mencapai kesempurnaan jika belum bisa gembira saat melihat saudaranya
sesama muslim meraih kesuksesan. Maksudnya, kalau kita sukses, kita juga mesti
seneng saat melihat yang lain juga sukses. Atau bahagia saat orang lain
sesukses kita. Maka kualitas pribadi muslim yang masih suka melakukan hal-hal
tak penting atau kerap iri, mulai sekarang harus kita ubah pelan-pelan.
Hadits Keempat, al-halal
bayyin, wal harom bayyin. Segala hal yang halal itu sudah jelas, yang
diharamkan agama juga sudah jelas. Namun kenyataannya tak sedikit di antara
kita masih membingungkan hal-hal yang sudah jelas halalnya/haramnya. Malah
menerjang yang diharamkan.
Andai kata seseorang tidak
belajar hadits apapun tapi cukup empat tadi secara mendalam dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari maka sudah cukup baginya untuk
menempuh kehidupan ini dengan baik. Juga sangat cukup buat keislaman dirinya. (Copast dari http://alawyaly.blogspot.com/2014/01/empat-hadits-inti-dalam-syariat-kita.html)
***
Berbicara tentang hadits, sungguh
aku tak punya ilmu apa-apa tentangnya :(. Semoga catatan di atas menjadi sebuah
pelecut untuk kita belajar lebih banyak, untuk kita jadikan pemicu supaya
menjadi seorang muslim yang baik. Aamiin.