Yogyakarta, Ruang Cinta,
27
Desember 2014, dini hari
Teruntuk saudariku,
sahabatku
Husnul Khotimah Alfitry
Saudariku,
Aku yakin, sungguh tidak ada
kebetulan yang terjadi di dunia ini. Bahkan sebuah kebetulan kecil yang sangat
kebetulanpun, Allah simpankan hikmah bagi sesiapa mereka yang mampu
menjalaninya dengan segenap syukur dan pemahaman. Apa yang kita lalui, siapa
mereka yang kita temui, dan bagaimana terjalnya hari yang kita lewati, ialah menjadi
bagian tarbiyah Allah kepada kita, manusia-manusia yang hanya sanggup merunduk
dalam doa-doa khusyuk padaNya..
Saudariku,
Adalah sebuah pertemuan yang Allah
skenariokan begitu indah. Hari dimana kau tersenyum, menegurku dengan sapaan
lembutmu. Hari dimana engkau pertamakalinya mengucapkan salam di depan kamarku,
dengan begitu anggun mengenakan gamis birumu. Hari dimana kita mengelilingi
sudut pusat perbelanjaan kota Jogja, Yang orang pasti mengenal namanya, Malioboro,
untuk mencari selembar kerudung putih untukmu. Hari dimana kita berdua, salah
mengetuk ruang kuliah, dan kemudian berbalik dengan wajah-wajah malu nan lugu.
Iya. Awal-awal perjumpaan kita. Masihkah kau mengingatnya?
Saudariku,
Adalah sebuah rencana yang Allah
hadirkan begitu istimewa. Dalam banyak kesempatan, Ia berikan ruang untuk kita
tapaki bersama memperjuangkan agamaNya. Mempersatukan kita dalam lingkaran
cinta yang tiada akhir penjagaan ukhuwahnya hingga kelak kekal di surgaNya
(Aamiin). Bersama menyelaraskan kewajiban, duduk melingkar sore hari di taman,
bincang-bincang singkat untuk serangkaian agenda dakwah di fakultas kecil kita
tercinta. Bersama memadupadankan seluruh ide-ide cemerlang bersamaan dengan
motivasi cintamu yang menggerakkan hati-hati untuk berpaut dalam semangat
ketaatan. Dakwah adalah cinta, dan cinta akan memintamu segalanya. Ah, aku
hanya tertunduk malu, sungguh perjuanganku tak berbanding dengan perjuanganmu,..
Saudariku,
Adalah sebuah garis takdir yang
Allah berikan begitu sempurna. Ada saat dimana aku mengingat perjalanan cintamu
dengan senyum penuh haru. Betapa Allah menyayangimu, menempa rasa dalam
episode-episode untuk kau ambil pelajaran di setiap prosesnya. Sedari cinta
semu bak remaja yang dirundung setangkup rindu hingga cinta semu yang engkaupun
mulai meragu. Pada akhirnya, cinta itu, engkau sendiri mungkin tak kuasa
memberikan definisinya. Karena hidup adalah cinta, dariNya, karenaNya,
untukNya… Ada pula saat dimana aku
mengingat kebersamaan kita dengan senyum rindu. Tentang pemberian nama-nama
anak kita kelak. “Azzam Izzul Haq”. “Azzam Mujahid Izzul Haq”. Tentang Farhat,
adikmu, calon mujahid tangguh itu. Tentang kakak-kakak teladan kita. Tentang,
bangun dari mimpi-mimpi dan sekaranglah, kita benar-benar memulai hidup
kembali…. Ah, Ada begitu banyak kenangan antara kita yang kusimpan dengan
rapi..
Saudariku,
Dan saat ini, setelah empat tahun
lebih aku mengenalmu, sungguh aku
menghela, tersenyum syukur dan begitu bahagia. Pada akhirnya, Allah menjawab
doa-doa dalam penantian panjangmu. Allah pertemukan dengan sahabat dakwahmu,
yang akan meniti jalan bersama sebagai pejuang agamaNya.
Barakallahulaka Wa Baraka ‘Alayka Wa jama’a baynakuma fi khoir….
Semoga Allah limpahkan keberkahan dan
kebaikan dalam rumah tangga kalian :) Keluarga yang menjadi inspirasi dan
dipenuhi cahaya Qur’an :) Keluarga yang penuh dengan kebermanfaatan :) Lahirkan
jundi-jundi sholih-sholihah yang menjadi penyejuk mata orangtuanya.. Lahirkan
mujahid-mujahidah yang tegak di barisan depan dalam mempertahakan kebenaran.. Aamiin
Yaa Robbal ‘Alamin….
Dariku, yang banyak belajar
darimu, Wahyu Hanif Al Kirom