Follow Us @whanifalkirom

Kamis, 06 Februari 2014

Hujan

12.52 0 Comments
Aku selalu suka hujan..
Saat rerintiknya, berurai perlahan menjauh dari langit,
Wewangi tanah mulai tercium oleh basah,
Gemericik turunnya, terdengar cadas dalam telinga,
Kilatan terang, gelegar guntur, kelabu mata memandang,
Saat itulah,
Hati mengharu,
Atas rindu yang tak pernah padam,
Atas doa yang tersampaikan,
Atas diri yang berharap dekap, cintaNya..

Senin, 03 Februari 2014

Cinta Kiti dan Kite

20.25 0 Comments
Semenjak tiadanya tingteng dan pingpong (kelinci) beberapa bulan lalu, kami tak punya piaraan lagi. Hanya menyisakan sangkar yang tak terpakai, serta foto-foto lucu mereka. Tapi kini, entah dari mana datangnya bayi-bayi kucing mulai berkeliaran bebas di dalam kosku. Sudahlah, saatnya mereka punya nama. Alhasil, tanpa pikir panjang, aku memanggilnya Kiti, Kito, dan Kite. Dan tak tahu juga bagaimana muasalnya, tapi teman-temanku bilang mereka (kucing-kucing) itu adalah anakku. Ckck
Rupanya, Kiti dan Kite mulai terlibat cinta lokasi. Di suatu malam, salah satu teman kos terkaget-kaget. Begitu melihat di ujung tembok, Kiti dan Kite tidur bersama berdekatan, sangat pulas. Jelas saja, temanku menyimpan tanya “kapan masuk kamarnya?”
Dimana ada Kiti, di situ ada Kite. Selalu begitu. Jalan bersama, tidur bersama. Saling mengusap kepala, saling menunggui saat makan. Terkadang, aku juga tak begitu faham dengan aktivitas mereka. Lompat-lompat berkejaran,  Kite panjat pohon lalu Kiti menyusulnya.
Hingga senja itu, aku dan temanku masih terpaku dengan kemesraan mereka. Sesekali berucap “cie-cie”, terlupa mereka adalah kucing-kucing liar, menganggap layaknya mereka adalah dua orang yang sedang jatuh cinta dan berharap sadar kita sedang mengganggunya. Dengan masih tak henti memandang, temanku tiba-tiba saja berkata “Tuh kaan, kucing aja pacaran, masak kita nggak?” Dalam hati kujawab “Emang kamu mau kayak kucing?”. *teeeet
Ini Kiti... Tumben banget ni dia sendiri
                                             Ini Kiti :) Tumbenan lagi sendiri :)

Pertanyaan Yang Tak Pernah Selesai

18.08 0 Comments
Jika belum seminar, “Kapan seminar?”
Setelah seminar, “Kapan munaqosyah?”
Setelah munaqosyah, “Kapan wisuda?”
Setelah wisuda, “Kerja dimana?”
Setelah kerja, “Kapan menikah?”
Setelah menikah, “Kapan punya anak?”
Kapan dan kapan lagi, seterusnya
(*Adopsi dari salah satu status teman di facebook, ijin yaa, Latif)

Ada apa sich dengan pertanyaan tadi? Mau tidak mau, pertanyaan itu pasti akan kita dengar (kecuali yang tidak masuk kriteria, misal : menikah saat masih kuliah. Kuliah sambil kerja. Dll). Wajar lah, karena seperti itulah alurnya jika proses hidup terjalani secara ‘normal’(kebanyakan orang). Ya, pertanyaan itu setidaknya mengingatkan kita untuk tetap tidak keluar dari jalur ‘normal’ tersebut.
Tiga pertanyaan pertama. Pertanyaan paling sensitif bagi mahasiswa tingkat akhir. Bahkan kalimat ‘jangan tanyakan skripsi’ tidak hanya diucapkan untuk menghindar agar orang berhenti bertanya, tapi juga mulai tertulis di bagian belakang kaos-kaos, tertulis di jejaring sosial, dan lain sebagainya. Meskipun sebagai candaan, tetapi tetap saja sama dengan keinginan hati yang sebenarnya. Namun begitu, pertanyaan ini cambuk lho! Bagaimana tidak? Karena urusan ini selebihnya bergantung pada diri kita sendiri. Siapa yang malas memulai, maka waktu berikutnyapun tetap enggan memulai. Siapa yang menunda mengerjakan, maka tentu saja selalu tertinggal di belakang. Nah, dengan ditanya, semoga segera ambil tindakan....

Pertanyaan berikutnya, silakan bagaimana kalian mau menanggapi, saya belum merasakannya :)