Jika belum seminar, “Kapan seminar?”
Setelah seminar, “Kapan munaqosyah?”
Setelah munaqosyah, “Kapan wisuda?”
Setelah wisuda, “Kerja dimana?”
Setelah kerja, “Kapan menikah?”
Setelah menikah, “Kapan punya anak?”
Kapan dan kapan lagi, seterusnya
(*Adopsi
dari salah satu status teman di facebook, ijin yaa, Latif)
Ada apa sich dengan pertanyaan tadi? Mau
tidak mau, pertanyaan itu pasti akan kita dengar (kecuali yang tidak masuk
kriteria, misal : menikah saat masih kuliah. Kuliah sambil kerja. Dll). Wajar
lah, karena seperti itulah alurnya jika proses hidup terjalani secara
‘normal’(kebanyakan orang). Ya, pertanyaan itu setidaknya mengingatkan kita
untuk tetap tidak keluar dari jalur ‘normal’ tersebut.
Tiga pertanyaan pertama. Pertanyaan paling
sensitif bagi mahasiswa tingkat akhir. Bahkan kalimat ‘jangan tanyakan skripsi’
tidak hanya diucapkan untuk menghindar agar orang berhenti bertanya, tapi juga
mulai tertulis di bagian belakang kaos-kaos, tertulis di jejaring sosial, dan
lain sebagainya. Meskipun sebagai candaan, tetapi tetap saja sama dengan
keinginan hati yang sebenarnya. Namun begitu, pertanyaan ini cambuk lho!
Bagaimana tidak? Karena urusan ini selebihnya bergantung pada diri kita
sendiri. Siapa yang malas memulai, maka waktu berikutnyapun tetap enggan
memulai. Siapa yang menunda mengerjakan, maka tentu saja selalu tertinggal di
belakang. Nah, dengan ditanya, semoga segera ambil tindakan....
Pertanyaan berikutnya, silakan bagaimana
kalian mau menanggapi, saya belum merasakannya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar