Follow Us @whanifalkirom

Minggu, 29 Oktober 2017

Aku, Anakmu

01.34 0 Comments
Sekali dua membuat kecewa, mungkin segera dilupa. Tapi, jika beruntun sebabkan luka, bagaimana hati akan kembali berucap maaf atas alfa?
Berulang kali janji pada diri, bahwa setiap salah dalam laku, ini untuk terakhir kali... 
Dan sebagai anak, adakalanya tak ingin pulang sebelum menjadi berarti. Merantau jauh ke kampung seberang, tanpa banyak bersapa untuk belajar mandiri. Agar tak ada yang khawatirkan bagaimana hari-hari akan terlewati, cukup percayakan saja tentang apapun cara yang kupilih untuk mempertanggungjawabkannya nanti.
Namun, aku terduduk lesu. Mengingatnya dalam sekejap rindu, tapi di sepanjang waktu. Keriput wajahnya, sayu matanya, putih seluruh rambutnya, juga, kurus tubuhnya. Siapa aku? Tetaplah perempuan bungsu yang tumbuh besar karena segenap pengorbanannya. Yang setiap kali beliau berkirim pesan bertanya kabarku, sering air mata kemudian jatuh menderai satu-satu.
Air mata terima kasih, air mata maaf, dan air mata do’a. Menyimpul yang terurai, mencipta segala tanya yang harus segera kucari jawabnya “Bagaimana caraku menjadi putri yang baik untukmu?”

Senin, 02 Oktober 2017

01.19 0 Comments
Berikan ruang di hatimu untuk menengadah ke langit. Sesungguhnya, ketika Ia menggerakkan lisan dan hati untuk berpeluh meminta, itulah pertanda bahwa Ia berkehendak mengabulkannya. Bila kelu, cukuplah permintaan atas ampunan dosa-dosa. Karena bagi pemilik hati, sayang datang untuk para peminta, bukan sebaliknya.
Source : Pixabay.com

Minggu, 01 Oktober 2017

01.14 0 Comments
Tiada yang lebih syahdu daripada memelihara cinta (dan rindu, tentu saja). Ketika sebab dihadirkannya membuat detak semakin berpacu, lalu kau simpan rindunya dalam do’a-do’a. Maka, jika ada saat dimana hati hilang peka, mati rasa, tiada gelora, biarkan ia mencari kemana hilangnya cinta...
Source : Pixabay.com