Aku, Anakmu
Tilinili
01.34
0 Comments
Sekali dua membuat kecewa, mungkin segera dilupa. Tapi,
jika beruntun sebabkan luka, bagaimana hati akan kembali berucap maaf atas
alfa?
Berulang kali janji pada diri, bahwa setiap salah dalam
laku, ini untuk terakhir kali...
Dan sebagai anak, adakalanya tak ingin pulang sebelum
menjadi berarti. Merantau jauh ke kampung seberang, tanpa banyak bersapa untuk
belajar mandiri. Agar tak ada yang khawatirkan bagaimana hari-hari akan
terlewati, cukup percayakan saja tentang apapun cara yang kupilih untuk
mempertanggungjawabkannya nanti.
Namun, aku terduduk lesu. Mengingatnya dalam sekejap rindu,
tapi di sepanjang waktu. Keriput wajahnya, sayu matanya, putih seluruh
rambutnya, juga, kurus tubuhnya. Siapa aku? Tetaplah perempuan bungsu yang
tumbuh besar karena segenap pengorbanannya. Yang setiap kali beliau berkirim
pesan bertanya kabarku, sering air mata kemudian jatuh menderai satu-satu.
Air mata terima kasih, air mata maaf, dan air mata do’a. Menyimpul
yang terurai, mencipta segala tanya yang harus segera kucari jawabnya “Bagaimana
caraku menjadi putri yang baik untukmu?”