Menunggu
dosen, kurang lebihnya sama dengan murid menunggu gurunya datang ke kelas.
Sebagian ada yang kecewa, namun sebagian lain (mungkin sebagian besar) justru
senang tatkala tahu guru akan terlambat, bahkan tidak hadir sekalipun. Bersorak.
Menunggu
teman saat janji bertemu. Tidak terlalu masalah, meskipun perjanjian nanti pada
jam sekian, tapi tetap saja ada embel-embel “kalau udah hampir sampai hubungi
lagi ya” atau “ni, aku berangkat, kamu juga siap-siap berangkat”. Masih bisa diakali
laah, biar proses menunggu itu tidak terlalu lama.
Menunggu
teman lain saat rapat. Sebagian ada yang acuh-acuh saja, yang penting rapat
tetap dimulai tepat waktu. Terlambat dan tertinggal informasi itu urusan
mereka. Namun, lain cerita jika yang ditunggu adalah orang dengan posisi
penting dalam rapat. Juga, lain cerita jika kita adalah satu-satunya orang yang
datang tepat waktu (bagaimana mau memulai sendiri?). Sebel tertolerir, masih
bisa menghujam pertanyaan lewat sms / telepon “Sampai mana?” “mohon hadir
secepatnya, sudah ditunggu”, dan bla bla.
Menunggu
dimulainya acara. Jelas sekali, undangan / publikasi tertera pukul 08.00 –
11.30. Namun ternyata, seringkali waktu yang tertera merupakan satu jam sebelum
acara dimulai. Alasan populer “toleransi waktu bagi yang sengaja datang
terlambat”. Nah, lama-lama semua orang tahu juga, jika aturan mainnya begitu.
Lalu? Semakin molor dech acara, yang menunggu anteng-anteng aja, selama snack,
gadget, temen ngobrol, atau hiburan lainnya tersedia. Bagi yang tidak?
Entahlaah.
Menunggu
angkutan umum. Ini melibatkan faktor ‘keberuntungan’. Bisa jadi baru beberapa
menit menunggu, angkutan sudah nampak lewat di depan mata. Tapi, terkadang
berjam-jam berdiri di tepian jalan raya, angkutan yang ditunggu tak kunjung datang.
Ditambah lagi masih ada acara ‘ngetem’ menunggu penumpang berlama-lama.
Sayangnya, mau bagaimana lagi? Menggerutu, merubah mood (Pernah sampai nangis
saya, Jogja-Rumah memakan waktu 7 jam).
Menunggu
datangnya kabar baik (nilai keluar, lulus seleksi sekolah / pekerjaan, menang
kompetisi / lomba, dll). Sebagian orang, akan mengingat tanggal di setiap
harinya sambil menenangkan diri ‘sekian hari lagi’. Sebagian lain justru
terkadang lupa jika sedang menunggu. Namun yang pasti, beberapa saat sebelum
kabar itu akhirnya datang, jantung mendadak deg-degan, dan permohonan do’a
semakin banyak terucapkan.
Nah
ini, menunggu yang paling istimewa. Menunggu pasangan hidup. Tanpa tahu kapan
datangnya, tanpa tahu siapa dia sesungguhnya, tanpa tahu tempat pertemuan
pastinya. Menarik bukan? Karena itulah, tidak sama dengan menunggu dosen
datang, tidak sama dengan menunggu teman janji, tidak sama dengan berbagai hal
menunggu lainnya. Menunggu yang ini akan melahirkan berbagai macam rasa (sedih
suka kecewa bahagia, bisa jadi) , juga melahirkan berbagai macam cerita (tak
terduga, bisa jadi).
Untuk
semua proses menunggu, bersabarlah... Semua akan indah pada waktunya...