Follow Us @whanifalkirom

Sabtu, 13 April 2013

Totto Chan (A Goodwill Journey to the Children of the World)

18.51 0 Comments

“Aku Berdoa Untuk Kebahagiaanmu”
Dengan berjingkat-jingkat sepanjang bangsal untuk melihat keadaan anak-anak, aku berjalan dan berdiri disamping ranjang anak laki-laki di ujung barisan. Sepertinya ia berumur sepuluh tahun dan memandangku dengan matanya yang besar dan indah. Dokter mengatakan bahwa anak itu akan sembuh, tapi aku takut kata-katanya itu hanya untuk menentramkanku, karena kondisi anak terlihat sangat buruk.
“Sentuhlah dia”. Kata dokter. Jadi aku menyentuh kakinya yang kurus, tulangnya terlihat jelas. Kakinya keras dan kering, sama sekali tidak terasa seperti kaki manusia. Itulah ciri penyakit tetanus. Otot-otot kaki jadi kaku dan semuanya mengejang. Anak itu sedang demam dan sangat menderita.
Ia terus menatapku, jadi aku berkata dalam bahasa Jepang “Dokter sudah melakukan sebisanya untukmu, dan katanya kau akan segera sembuh. Jadi, bergembiralah, karena semuanya akan baik-baik saja!”.
Anak itu berusaha keras mengatakan sesuatu. Saat itulah aku melihat ternyata bukan hanya kaki dan tangannya yang kaku, tapi juga yang lain, termasuk bibir, lidah, bibir, pita suara, dan rahangnya. Meskpun demikian, anak itu mengerahkan seluruh kemampuannya dan berhasil mengatakan sesuatu. Aku bertanya pada perawat apa yang dikatakan anak itu. Perawat memberitahuku bahwa anak itu, yang tampak sekarat berkata padaku “Aku berdoa untuk kebahagiaanmu”.
***