Follow Us @whanifalkirom

Sabtu, 28 April 2018

23.36 0 Comments

Dini hari
Masih belum percaya kalau pagi ini pulang ke Purworejo, dan malemnya menuju Jakarta (Yee, Jakarta lagi setelah terakhir kali September lalu kesana). Biasanya kalau mau pergi rencananya sudah oke punya. Tapi kali ini, begitu membuka mata, rasanya masih ada sisa-sisa kepala yang berat, kaki yang pegal-pegal, dan mata yang rekat. Apalagi, yang pertama terlihat adalah segunung tumpukan baju yang belum disetrika satupun. Tapi, The Power of Kepepet memang sesuatu. Prepare koper dan segala macem isinya tidak sampai satu jam, beres. Alhamdulillah

07.30
Kali pertama order gocar untuk kepentingan sendiri. Sayang? Sayang sebenarnya, ongkosnya mahal. Tapi, bagaimana lagi setelah order gojek ditolak dengan alasan susah bawa kopernya, Baiklah. Sudah begitu, sampai terminal langsung dihampiri Bapak jasa angkut barang, yang gesit luar biasa (wah jalannya cepat kali, susah kejarnya buat minta stop), dan to the point langsung minta tarif mahal. Memang rizkinya beliau yaa
Berkendara menggunakan bus antar kota masih sama khas dan rasanya. Sesekali masuk pengamen jalanan, Bertemu Bapak-bapak yang berjualan permen jahe dan kacang telur, serta alunan musik-musik nostalgia yang menemani perjalanan. Kadang juga jadi tiba-tiba ingat “mati” sih, kalau sudah melaju dan main salip menyalip dengan sangat kencang. Usai turun dari bus, oke, dua kali lagi menunggu angkutan umum.

11.30
Alhamdulillah. Lebih cepat waktu yang saya prediksi untuk sampai rumah. Biasanya, menunggu angkutan umum sampai jenuh, tapi Alhamdulillah tidak untuk hari ini.

Disambut nasehat dan bincang ringan dengan Bapak
è Bapak       : “Kelingan ponco waspodo ndhuk?
Aku           : “Maksud Bapak Poncopono?
Bapak       : “Iyo
Aku           : “He’em
Bapak       : “Dieling-eling

è Bapak       : “Ndhuk, Bapak takon. Wong pinter biso luput pora?”
Aku           : “Biso”
Bapak       : “Wong pinter biso olo pora?”
Aku           : “Biso”
Bapak       : “Wong pinter biso kleru pora?”
Aku           : “Biso”
Bapak       : “Yowis ngati-ati”
(Sejujurnya, aku tidak begitu faham apa maksudnya. hehe)

Disambut kado ulangtahun dari keponakan




18.30
On The Way menuju stasiun. Terimakasih Mas Er, Mbak Ida, Fatkha, Isna, Adit sudah mengantar ke stasiun (padahal Mas Er ini baru sampai rumah maghrib). Terimakasih juga Mas Catur (yang juga sudah menawarkan untuk mengantar). Sampai stasiun, tinggal menuju cetak tiket (sebelumnya, sudah dipesankan alias dibelikan mas Panjang, terimakasih juga ). Ternyata, lahir di keluarga besar itu lumayan asyik. Wkwk

21.30
Kereta tiba, Alhamdulillah. Dan, malam ini aku sangat bersyukur. Betapa Allah Maha Sayang. Sesampainya di peron stasiun, aku melihat tas punggungku, dan baru menyadari shoulder strap alias gendongannya rusak alias tidak kuat menahan beban, dua-duanya. Sudah sangat mengkhawatirkan. Sementara aku ingat, tadi pagi aku memasukkan benang plus jarum jahit ke dalam tas, sesuatu yang tidak pernah terfikirkan ketika aku hendak bepergian. Seperti kali ini pun, aku membawanya tanpa maksud, asal memasukkan saja., dan ternyata sangat berguna. Hiks, yang sekecil ini saja, Allah merencanakan dengan sempurna. Terharu….

Jumat, 20 April 2018

01.44 0 Comments
Semuanya terbilang baru (meskipun tidak baru-baru banget juga sih). Tinggal di lingkungan baru (kos-kosan). Menyibukkan diri di tempat baru (madrasah). Selingkar mengaji dengan teman-teman baru (benar-benar baru kenal). 
Beberapa aktivitas memang rutinitas lama (tetapi tidak melibatkan banyak orang didalamnya).
Dan orang-orang baru itu, semuanya insyaAllah baik. Ada masalah? Sama sekali tidak. Membuat tidak nyaman? Juga sama sekali tidak.
Tetapi, selalu ada sesuatu yang terasa ‘kurang’. Tak satupun yang mengganti kehadiran mereka sepertihalnya tahun masa silam. Teman di kampus, teman ‘ngerumpi’ di kamar, teman hunting buku, teman mabit, teman ngabuburit saat ramadhan, teman ece-ecean, teman berburu kajian, teman danlain-lain. Bahkan mungkin, teman saat masa-masa putih/biru dan putih/abu-abu. Maka, suatu ketika ingin berlari berharap ketenangan, tak lain tak bukan, lagi-lagi mereka.
Rasa-rasanya jadi ingin kasih pesan, carilah teman baik sebanyak mungkin sebelum kalian sibuk dengan istilah ‘kerja’.
#Ini aku aja nggak sih yang begini? Sekian lama, tapii ~senandung lembayung bali yang tetap merajai kenangannya~
#Tapi hidup terus berjalan kan ya? Semoga mendidik kita untuk semakin bijaksana dan belajar dewasa :)

Selasa, 10 April 2018

25 - Dua Puluh Lima

22.46 1 Comments
Sama mbakyu yang mau kasih kadonya ikan asin, mentang-mentang tahu saya suka ikan asin -_-
Dua Puluh Lima
Dalam bayanganku, dua puluh lima itu usia normal maksimal. Usia normal maksimal untuk?
Untuk seseorang mulai memahami dirinya sendiri kemana langkah kaki kan dibawa. Dlm artian, sudah tidak lagi goyah dan bingung “aku mau ngapain ya?”
daan
Untuk seorang perempuan menikah
***
Dan hari ini, adalah tepat dua puluh lima untukku. Teriring doa semoga dimudahkan atas urusan-urusan, diberi jalan keluar segala permasalahan, dibimbing dalam bertutur dan berlaku, diberkahi seluruh episode demi episode yang sudah, sedang, dan akan berlalu. Aamiin