☺
Tilinili
23.36
0 Comments
Dini hari
Masih belum percaya kalau pagi ini pulang ke Purworejo, dan malemnya
menuju Jakarta (Yee, Jakarta lagi setelah terakhir kali September lalu kesana).
Biasanya kalau mau pergi rencananya sudah oke punya. Tapi kali ini, begitu
membuka mata, rasanya masih ada sisa-sisa kepala yang berat, kaki yang
pegal-pegal, dan mata yang rekat. Apalagi, yang pertama terlihat adalah
segunung tumpukan baju yang belum disetrika satupun. Tapi, The Power of Kepepet memang sesuatu. Prepare
koper dan segala macem isinya tidak sampai satu jam, beres. Alhamdulillah
07.30
Kali pertama order gocar untuk kepentingan sendiri. Sayang? Sayang sebenarnya,
ongkosnya mahal. Tapi, bagaimana lagi setelah order gojek ditolak dengan alasan
susah bawa kopernya, Baiklah. Sudah begitu, sampai terminal langsung
dihampiri Bapak jasa angkut barang, yang gesit luar biasa (wah jalannya cepat
kali, susah kejarnya buat minta stop), dan to the point langsung
minta tarif mahal. Memang rizkinya beliau yaa
Berkendara menggunakan bus antar kota masih sama khas dan rasanya.
Sesekali masuk pengamen jalanan, Bertemu Bapak-bapak yang berjualan permen jahe
dan kacang telur, serta alunan musik-musik nostalgia yang menemani perjalanan.
Kadang juga jadi tiba-tiba ingat “mati” sih, kalau sudah melaju dan main salip
menyalip dengan sangat kencang. Usai turun dari bus, oke, dua kali lagi
menunggu angkutan umum.
11.30
Alhamdulillah. Lebih cepat waktu yang saya prediksi untuk sampai rumah. Biasanya,
menunggu angkutan umum sampai jenuh, tapi Alhamdulillah tidak untuk hari ini.
Disambut nasehat dan
bincang ringan dengan Bapak
è
Bapak : “Kelingan ponco
waspodo ndhuk?”
Aku : “Maksud Bapak Poncopono?”
Bapak : “Iyo”
Aku : “He’em”
Bapak : “Dieling-eling”
è
Bapak : “Ndhuk, Bapak takon.
Wong pinter biso luput pora?”
Aku : “Biso”
Bapak : “Wong pinter biso olo pora?”
Aku : “Biso”
Bapak : “Wong pinter biso kleru pora?”
Aku : “Biso”
Bapak : “Yowis ngati-ati”
(Sejujurnya, aku tidak
begitu faham apa maksudnya. hehe)
Disambut kado
ulangtahun dari keponakan
18.30
On The Way menuju stasiun.
Terimakasih Mas Er, Mbak Ida, Fatkha, Isna, Adit sudah mengantar ke stasiun
(padahal Mas Er ini baru sampai rumah maghrib). Terimakasih juga Mas Catur
(yang juga sudah menawarkan untuk mengantar). Sampai stasiun, tinggal menuju
cetak tiket (sebelumnya, sudah dipesankan alias dibelikan mas Panjang,
terimakasih juga ). Ternyata, lahir di keluarga besar itu lumayan
asyik. Wkwk
21.30
Kereta tiba, Alhamdulillah. Dan, malam ini aku sangat bersyukur. Betapa
Allah Maha Sayang. Sesampainya di peron stasiun, aku melihat tas punggungku, dan
baru menyadari shoulder strap alias gendongannya rusak alias tidak kuat
menahan beban, dua-duanya. Sudah sangat mengkhawatirkan. Sementara aku ingat,
tadi pagi aku memasukkan benang plus jarum jahit ke dalam tas, sesuatu yang
tidak pernah terfikirkan ketika aku hendak bepergian. Seperti kali ini pun, aku
membawanya tanpa maksud, asal memasukkan saja., dan ternyata sangat berguna.
Hiks, yang sekecil ini saja, Allah merencanakan dengan sempurna. Terharu….