Follow Us @whanifalkirom

Minggu, 31 Desember 2017

Maskulin Family

01.14 0 Comments
Meski, tak lagi bertemu dalam tatap, bersapa dalam tawa, dan bahagia ketika saling menghina. Ternyata, permulaan tujuh tahun lalu, ketika langkah-langkah kaki kita menuju pintu yang sama, itulah juga permulaan kita saling mengikat cinta menjadi keluarga.
Tak ragu aku mengaku, bahwa bersama kalian menjadi kenangan yang semakin abadi, bahwa kepada kalian masih selalu kusemaikan rindu. Mari selalu jumpa dalam doa.
Apa kabar, Bali, Gorontalo, Banyuwangi, Jakarta, Bangkabelitung, Sragen, Morowali, Kebumen, dan Jogja?
#Kabar Jogja, masih menunggu kalian.
#Edisi masih jadi anak kost-kost an, dan rupanya, maskulin tetap tak tergantikan
#Foto bersilam-silam, saat kita masih mesra-mesranya -_-

Nah, kalau begini kan cantik semua :P


Rabu, 27 Desember 2017

Kebaikan Itu Dimana-mana#3

13.56 0 Comments
Beberapa hari lalu, sore hari menjelang maghrib, pembelajaran TPA berakhir. Tentu, kalau ada santri yang belum dijemput, kami menunggu hingga semua dijemput atau jika memungkinkan diantar maka kami antar. Dan hari itu, salah seorang santri pulang bersama saya.
Beberapa meter sebelum rumahnya, lagi-lagi terdengar suara aneh dari motor saya. Dan tiba-tiba lajunya terhenti, sangat sulit untuk maju. Setelah saya periksa, ternyata sebabnya adalah rantai yang copot. Kupersilakan dia turun, berjalan sedikit menuju rumah, dan saya bersiap memutar balik untuk menuntun motor hingga bengkel yang saya tahu (meskipun sekedar menaruh saja, karena pasti sudah tidak melayani) .
Namun, tetiba seorang laki-laki berjalan cepat mendekati saya, dan bertanya “Katanya rantainya copot Mbak?”. Tidak lain adalah ayah dari santri yang tadi pulang bersama saya. Dengan sigapnya beliau memperbaiki rantai yang copot, dan membawanya ke bengkel milik saudaranya, karena kata beliau, sudah bisa jalan tapi masih rawan dan lebih baik dibawa ke bengkel dulu. Saya hanya berdiri manis menanti, dan pulang dengan terimakasih.

Conclusion:Sejatinya, kita hanya perlu yakin bahwa pertolongan Allah itu selalu dekat. Selalu ada cara bagi Allah untuk menolong hambaNya dimanapun kita berpijak, dalam setiap masalah apapun yang sedang kita hadapi ❤

Kebaikan Itu Dimana-mana#2

12.30 0 Comments
Sabtu sore, dua pekan yang lalu. Satu hari sebelumnya, saya sudah memberi kabar ke orangtua besok saya akan pulang ke rumah, sekalian perjalanan pulang dari menghadiri walimah rombongan sekolah di Kebumen. Waktu benar-benar tidak sesuai dengan yang saya estimasikan, awalnya saya pikir maksimal pukul tiga sudah berakhir acara, namun ternyata sudah hampir pukul lima sore masih berada di lokasi. Awalnya ragu batal atau tetap pulang. Namun, karena orangtua sudah kembali menanyakan, akhirnya saya tidak tega untuk tidak pulang.
Terimakasih kepada rombongan yang akhirnya lewat utara (tentu memakan waktu lebih lama untuk sampai di Jogja karena jalanan padat dan susah bagi bus besar untuk konstan melaju kencang). Lepas maghrib di Purworejo, tidak ada bus ataupun kendaraan lain menuju jalan pertigaan persimpangan rumah (tempat mas biasa menjemput). Penjual sate di sekitar lokasi saya menunggu kepastian tersebut (hehehe), berbaik hati menelfonkan sopir bus yang biasa berangkat paling terakhir (dan ternyata tidak jalan hari itu). Penjual sate itu pun memanggilkan salah seorang ojek dadakan (karena profesi sebenarnya bukan ojek) yang kemudian mengantarkan saya.
Perjalanan lancar, Alhamdulillah. Penampilan si Bapak itu “serem” sih, dengan rambut panjang dan ikalnya mengenakan blangkon, bercelana pendek, dan kaos oblong. Tapi, ramah. Beliau mengatakankan “Kalau butuh bantuan jangan sungkan-sungkan Mbak, saya selalu ada disana (dijelaskan pula tempat detailnya dimana beliau bisa dicari)”. Bahkan beliau meminta maaf kalau ada yang tidak nyaman, lah lah nggak salah apa-apa.
Sebenernya cerita “ojek” ini tidak terjadi kalau tidak ada miskom dengan kakak saya. Kakak saya memang sudah hendak menjemput di Purworejo, dan saya baru ngeh beberapa menit setelah turun dari ojek. Baiklah, tak mengapa

Kebaikan Itu Dimana-mana#1

12.09 0 Comments
Ahad sore tiga pekan yang lalu, saya berangkat dari rumah menuju Jogja. Sebelum memasuki perbatasan Purworejo-Jogja, saya melaju cukup pelan, karena jalan yang relatif sempit, sementara bus antar kota dari arah berlawanan seringkali berkecepatan luar biasa, saling menyalip menghabiskan ruas jalan. Hati-hati, dan aman seperti biasa.
Di tengah perjalanan, saya menjumpai kegiatan karnaval jalan (entah dalam rangka apa) yang barisannnya sangat panjang, sehingga menimbulkan kemacetan. Ada suara-suara aneh dari sepeda motor saya, apalagi seringnya rem dan gas bekerja. Hingga bunyi semakin nyaring, dan tiba-tiba motor mati, tidak lagi bisa distarter. Baiklah.
Saya menepi, tidak beranjak hingga karnaval selesai, dan jalanan mulai lengang, toh sedang tidak shalat pun. Maghrib sudah lama berlalu. Tadi, orang-orang bilang, bengkel masih sangat jauh, apalagi ahad banyak yang tutup (dan sudah sore). Tapi, tidak ada solusi lain, selain mulai bergerak mencari bengkel bukan? Tidak sejauh yang saya bayangkan, Alhamdulillah.
Obrolan demi obrolan mulai tercipta dengan Si Bapak yang menjaga bengkel. Ternyata beliau berasal dari kecamatan yang sama dengan saya. Hingga Bapak selesai memperbaiki motor, dan saya hendak berterimakasih membayar, beliau berkata “Bayar olinya saja Mbak”. “Total berapa Pak?”. Tidak usah Mbak, saya cuma mau bantu. Semoga Mbaknya nanti kapan-kapan datang ke sini lagi, bukan karena macet, tapi karena silaturahim, mampir bersaudara   Ya Allah, Si Bapak ini, terimakasih banyak

Minggu, 17 Desember 2017

Ketika Dia Menghadirkannya

22.46 0 Comments
Aku tidak mengkhawatirkannnya, apalagi mengkhawatirkan rencanaNya, yang paling aku khawatirkan adalah kerapuhan diriku. Rapuh dan tidak kuat menahan hati dari membesarnya prasangka terhadapnya, sehingga lupa bahwa yang mengetahui kadar kebaikan manusia adalah Dia. Atau. Rapuh dan tidak kuat menahan hati untuk tidak luluh pada perasaan simpati terhadapnya, sehingga lupa bahwa muara segala rasa haruslah karena Dia.
Aku tidak mengkhawatirkannya, apalagi mengkhawatirkan rencanaNya, yang paling aku khawatirkan adalah lemahnya diriku. Lemah dan tidak bisa membedakan kebaikan yang dia bawa atau justru sebaliknya. Karena aku tahu aku bukan orang baik, yang sedang merenda semangat untuk belajar menjadi baik. Rentan dalam segalanya.
Maka, satu-satunya pilihanku adalah terus berjalan mendekat padaNya meskipun dalam keadaan hina. Dan Dia akan berlari mendekat, menuntun kita melalui pilihanNya yang tidak akan pernah cacat. InsyaAllah

Minggu, 03 Desember 2017

01.24 0 Comments
Katanya, merasa banyak dosa itu jauh lebih baik daripada merasa banyak amal. Merasa banyak amal mendorong untuk sombong, merasa banyak dosa menuntun untuk banyak bertaubat. Lantas, bilamana kita memang benar-benar banyak dosa bagaimana?
#Jangan berputus asa dari rahmat Allah. Innallaha la’afuwwun ghofuur#

Source : pixabay.com

Minggu, 29 Oktober 2017

Aku, Anakmu

01.34 0 Comments
Sekali dua membuat kecewa, mungkin segera dilupa. Tapi, jika beruntun sebabkan luka, bagaimana hati akan kembali berucap maaf atas alfa?
Berulang kali janji pada diri, bahwa setiap salah dalam laku, ini untuk terakhir kali... 
Dan sebagai anak, adakalanya tak ingin pulang sebelum menjadi berarti. Merantau jauh ke kampung seberang, tanpa banyak bersapa untuk belajar mandiri. Agar tak ada yang khawatirkan bagaimana hari-hari akan terlewati, cukup percayakan saja tentang apapun cara yang kupilih untuk mempertanggungjawabkannya nanti.
Namun, aku terduduk lesu. Mengingatnya dalam sekejap rindu, tapi di sepanjang waktu. Keriput wajahnya, sayu matanya, putih seluruh rambutnya, juga, kurus tubuhnya. Siapa aku? Tetaplah perempuan bungsu yang tumbuh besar karena segenap pengorbanannya. Yang setiap kali beliau berkirim pesan bertanya kabarku, sering air mata kemudian jatuh menderai satu-satu.
Air mata terima kasih, air mata maaf, dan air mata do’a. Menyimpul yang terurai, mencipta segala tanya yang harus segera kucari jawabnya “Bagaimana caraku menjadi putri yang baik untukmu?”

Senin, 02 Oktober 2017

01.19 0 Comments
Berikan ruang di hatimu untuk menengadah ke langit. Sesungguhnya, ketika Ia menggerakkan lisan dan hati untuk berpeluh meminta, itulah pertanda bahwa Ia berkehendak mengabulkannya. Bila kelu, cukuplah permintaan atas ampunan dosa-dosa. Karena bagi pemilik hati, sayang datang untuk para peminta, bukan sebaliknya.
Source : Pixabay.com

Minggu, 01 Oktober 2017

01.14 0 Comments
Tiada yang lebih syahdu daripada memelihara cinta (dan rindu, tentu saja). Ketika sebab dihadirkannya membuat detak semakin berpacu, lalu kau simpan rindunya dalam do’a-do’a. Maka, jika ada saat dimana hati hilang peka, mati rasa, tiada gelora, biarkan ia mencari kemana hilangnya cinta...
Source : Pixabay.com

Rabu, 13 September 2017

15.25 0 Comments
Beberapa waktu lalu, seorang kawan ngajar, mendadak izin (kami aja yang baru tau sih). “Ada acara di rumah penting banget” katanya begitu, tanpa menjelaskan lebih detail. Dasar kepo. Aku mendesak bertanya, menurutku hal penting pake banget berkaitan dengan rumah itu cuma dua, satu-kesehatan orangtua, dua-nikah dan segala persiapannya. “Lamaran”, tebakku begitu saja setengah memaksa jawaban. Dia bungkam--------tapi tebakanku akhirnya ketahuan benar :P (prolog yang tidak nyambung dengan tulisan di bawah)
***
Ngomong-ngomong soal pulang dan menikah, ada yang sore ini juga mau pulang kampung sebagai calon pengantin. Partner in crime, sebut saja dia begitu. Duh duh, sebagai orang yang selama tujuh tahun bebarengan, yang tak sungkan saling berkunjung, yang selalu membantuku, yang selalu menyemangatiku, yang enak buat ngeluh, yang..….nggak bakal selesei kalau diteruskan.
Sedih nggak? Sedih banget, sedih. Nanti mau bilang, “Aku nginep tempatmu malam ini” sudah nggak mungkin. Mau bilang “Ayo besok pulang sekolah meet-up / nyoto / nyeblak / nongkrong depan kopma / temenin ke….” sudah penuh pertimbangan. Mau curcol panjangpanjang juga sudah mikirmikir. Apalagi ngajak mbolang sembarangan, sudah tak punya nyali. Hehe. Dan aku yakin, dia juga akan mengurangi banyak hal yang perlu disampaikan padaku (tentu, sudah ada yang lebih berhak mendengarkan).
Tapi bahagia? Jelas. Sesedih-sedihnya, excited banget. Apalagi melihat dia yang berubah bijak kali ninggalin kawannya. Hehe. Sudah keren kalau ngomong takdir, udah bisa nasehatin buat ‘melirik’ yang dekat (jangan-jangan jodoh di situ, haha), udah bisa bilang soal waktu yang cepat berlalu, udah bisa ngrasain rasanya nggak percaya tinggal menghitung hari, begitulah. Ada syukur yang luar biasa melihatnya, sembari sesekali ingat dia, tiga-dua-bahkan satu tahun lalu. Sudahlah, hari-hari ke depan akan ada yang menjaganya, laki-laki yang dari kacamataku cukup bersahaja (meski sempat skeptis gegara ada suatu masa si laki-laki itu memanjangkan rambutnya, wkwk).
Baiklah, aku yakin tak akan ada yang berubah dari dia, selain status dan perannya. Eh ada ding, harus, jadi perempuan lebih baik dari sebelumnya, istri, ibu, dan teman sholihah :P. Dia yang lebih dewasa dan bijaksana dalam bersikap, dia yang semakin sederhana, dia yang hilang mudahgalaudanmutungannya (sudah aman kawan-kawan, kan sudah ada pelampiasan.hehe), bahkan kini sudah nampak perlahan perubahan-perubahan itu.
Doaku menyertaimu… Maafkan untuk tidak bisa hadirnya aku… Semoga dilancarkan sampai pada waktunya, dimudahkan segalanya, menjadi rumahtangga yang barokah, penuh cinta dan bahagia dunia-akhirat Riaa… (dan Pakdhe)... Aamiin
Yogyakarta, 13 Sept 2017

With Love,

Minggu, 10 September 2017

Resensi : Awe - Inspiring Me

01.45 0 Comments
Judul Buku : Awe – Inspiring Me

Penulis : Dewi Nur Aisyah

Tebal Buku : 231 Hlm

Penerbit : Ikon

ISBN : 978-602-74653-4-3
Untuk para muslimah muda, para pembelajar menjadi sholihah, bacalah buku ini. Secara umum, kesimpulan yang bisa ditarik mungkin sederhana dan familiar, tetapi sangat tepat untuk mengurai kembali niat, motivasi, tujuan, dan langkah dalam hari-hari yang kita jalani. Ditulis oleh seorang muslimah yang prestatif, tentu didalamnya sarat akan semangat menjejak prestasi, dengan tetap menyandang gelar muslimah sejati.
Hidupmu adalah pesan bagi dunia. Buatlah hidupmu menginspirasi. Dan ingat, kamu adalah penulis buku kehidupanmu di akhirat. Pastikan buku itu berarti untuk dibaca
Diawali sebuah prolog singkat, buku ini menyampaikan pesan, seperti apa seorang muslimah seharusnya.

Ia menempatkan Allah di atas segala-galanya. Niatkan seluruh aktivitas untuk Allah. Pasrahkan segala ikhtiar pada Allah. Optimis atas pertolongan Allah. Dan yakin segala kejadian adalah ketetapan terbaik dari Allah. Meletakkan cinta pada Allah yang utama, dan konsekuensinya adalah ikuti apa yang Ia perintahkan, serta jauhi apa yang Ia benci.

Ia seimbang dalam hal dunia dan akhirat. Muslimah tidak kuper, tidak terbatas ruang gerak, ia mulia dengan sebanyak-banyak ilmu yang dipunya, sebanyak-banyak karya yang mampu dicipta, setinggi-tinggi prestasi yang digapai. Sebab itulah, ia jeli dalam berperilaku dan menghindarkan diri dari yang sia-sia. Menyadari bahwa hidup tak semestinya mengalir, melainkan penuh dengan rencana. Sebab itulah, ia terus melangkah tanpa berputus asa, meski tak sekali dua dihadapkan pada kegagalan dan rintangan yang begitu beratnya. Namun, pada satu titik takdir Allah pasti akan membawa, yaitu manis pada akhirnya.

Jumat, 01 September 2017

Hati yang tersentuh

04.08 0 Comments
Terkadang, hati itu mudah sekali tersentuh, dengan sebab yang…. sesederhana itu,
Ketika ada seseorang yang memilih berhenti sejenak, mempersilakan kita yang hendak menyeberang.
Ketika ada seseorang yang menghampiri, melihat betapa lamanya kita mengeluarkan sepeda dari tempat parkir.
Ketika ada seseorang yang tiba-tiba berkunjung, demi memastikan kita baik-baik saja.
Apalagi itu mas-mas muda, ganteng pula. #eh, itu mah lain cerita, baper akut  versi sinetron

Sabtu, 12 Agustus 2017

21.29 0 Comments
Berjalan itu... Maju. Sekali waktu, menengok ke belakang, boleh lah. Berhenti, juga tak apa. Mau pelan, biasa, atau berlari tergantung kemampuanmu. Eh, eh, kamu sudah tahu kan kemana langkah kaki hendak kau bawa? Kalau belum, menepilah sebentar untuk tentukan tujuanmu. Yang pasti, jangan sampai melangkah mundur, pusiing.... #tetaplahmajuhinggasampai#
Source : Pixabay.com

19.21 0 Comments
Meskipun,
Jauh ada rasa tak pantas diri ini tuk sampaikan pinta..
Jauh ada rasa malu diri ini tuk merayu..
Jauh ada rasa takut diri ini tuk haturkan doa,
Masihkah layak?
Namun,
Justru karena itulah..
Jangan lelah untuk terus berdoa.. Dan mendoakan..
Untuk mereka, yang kebaikannya tiada tara tapi tak seujungkukupun aq mampu membalasnya.. (atau justru mengecewakannya?)
Source : Pixabay.com

Senin, 07 Agustus 2017

Hati-hati

09.16 0 Comments
Ibarat berkendara,

Nasehat "Alon-alon wae" tidak pas untuk disampaikan pada orang yang bejibaku dengan waktu, butuh untuk segera sampai pada yang dituju..
Nasehat "Cepet Yo, Ojo sui-sui" juga tidak etis disampaikan pada pengemudi yang membawa penumpang seorang simbah-simbah, yang mau naik aja susah..
Nasehat "Ojo nyelip-nyelip" juga tidak bisa diterima begitu saja, mengingat di jalanan ada truk-truk besar yang lajunya mungkin hanya sekian km/jam.. etc


Diatas semua itu, nasehat paling tepat adalah tentang kehati-hatian, cepat hati-hati lambat juga hati-hati,  nyelip hati-hati tidak nyelip pun tetap hati-hati, harapannyaa selamat dan tepat sampai pada tujuan :)
Sama dengan hidup, intinya berhati-hatilah ~

Minggu, 06 Agustus 2017

Diri Sendiri

20.53 0 Comments
Buktikan saja, dalam diam. Dan aku akan percaya (Talk to my self)
Karena, siapa musuh terbesarmu? Diri sendiri
Karena, sebelum menasehati orang lain, siapa yg harusnya lebih dulu berperilaku sesuai dengan apa yg dinasehatkan?
Diri sendiri
Karena, kebaikan itu slalu datang dariNya, tetapi jika kejadian buruk menimpa darimana semua bermula?
Kemaksiatan diri
Karena, tak ada lagi yang bisa diharapkan untuk terus menyayangi kita, kecuali siapa?
Kita sendiri
Karena, kesalahan orang lain hendaknya dilupa, tapi yg mesti diingat?
Kesalahan diri
Karena, kelak siapa yang akan memikul seluruh tanggung jawab di dunia, sedari muda hingga menua, sedari sehat hingga lemah merenta, tiada lain adalah DIRI SENDIRI

Untuk diri sendiri, bergantunglah pada yang tepat, yang keMahaannya mutlak...

Fotobaheula

Sabtu, 05 Agustus 2017

Kapan Nikah?

21.40 0 Comments
Ketika seseorang memasuki usia dua puluh lebih, nyaris seperempat abad, dihadapkan pada pertanyaan “Kapan Nikah?”, barangkali sudah menjadi konsumsi sehari-hari. Saya belum memasuki fase “canggung” ketika menerima pertanyaan tersebut. Saya masih biasa. Dan menurutku wajar saja, bila bahagia dan sedih nya mendengar kabar teman menikah dalam porsi yang imbang, 50 : 50 (Eh, kalau sahabat, dekat, sedihnya lebih banyak :P).
Namun, tidak menutup kemungkinan untuk satu/dua/tiga/empat/dst bulan ke depan masih sama. Bila teman-teman satu persatu semakin banyak yang melepas masa penantiannya, adik-adik yang umurnya di bawah pun sudah tidak sedikit yang berrumah tangga, mungkin rasa tidak nyaman mendapat pertanyaan tersebut lantas muncul begitu saja. Yaa, ngebayangin kalau kondangan mau sama siapa saja sudah bikin hati remuk redam.
Tapi, biar bagaimanapun, manusia tidak bisa memaksakan kehendak kapan dan dengan siapa akan menikah. Ikhtiar dan doa memang harus, dan cukup sampai di situ. Selanjutnya, serahkan pada Yang Maha Berkehendak. Kalau masing-masing kita ditakdirkan menikah cepat, berarti kita mendahului teman-teman yang lain. Atau kalau kita menikah belakangan, berarti teman-teman lain mendahului kita (#yaiyalah). Walaupun, doanya, semoga sama-sama segera J
Nah, bagi yang sudah menikah, alangkah lebih baik, jangan menjadi kompor. Berbagi kebahagiaan, boleh, tetapi jangan berlebihan, terutama di media sosial. Bikin baper para jomblowan-jomblowati, tentu. Alih-alih Cuma baper sih mending, berbuntut iri dengki benci pun mudah. Kalau bercanda, sewajarnya. Nggak usah banyak tanya, nggak usah nyepet nyepetin, meskipun niatnya bercanda. Sering yaa dicandain “Mbok Gek Ndaaang”.. lah “Mbok gek ndangnya” itu sama siapa kan bikin sedih yang dicandain.  Kalau sungguh peduli, bantulaah.. Menjadi perantara tidak buruk kok. Paling tidak, bantulah dengan doa J
Bagi yang belum menikah, jangan sakit hati, malu, rendah diri, tersinggung, dan kawan-kawannya kalau ternyata masih mendapat pertanyaan ‘basa-basi’ itu. Bukannya sudah percaya, yakin 100 %, bahwa jodoh ada dalam genggamanNya? Terus saja memperbaiki diri, banyak-banyak berdoa, dan jodoh terbaik akan datang.
#Ditulis setelah hari ini tambah daftar nama keempat, orang-orang terdekat yang hendak menikah bulan mendatang. Karena ada yang masih menentukan tanggal, semoga setidaknya ia menjadi satu diantaranya yang berbeda hari akadnya#
Sumber : katapernikahan.com

Jumat, 04 Agustus 2017

Jangan Berharap Apapun,

03.34 0 Comments

Kau akan menemukanku tak lebih dari seorang hamba pendosa, yang jatuh bangun, merangkak rangkak untuk menyusuri jalan taubat padaNya,
Kau akan menemukanku tak lebih dari seorang pemburu pujian manusia, yang kemudian tersadar, dan seringkali kembali lagi berpaling dari mencari ridhoNya,
Kau akan menemukanku tak lebih dari seorang hinadina, yang begitu ringan menuruti hawa nafsu padahal tahu keliru, yang begitu mudah memandang rendah sesama padahal mengerti bahwa diri teramat jauh dari kata taqwa,
Kau akan menemukanku demikian, perempuan dengan banyak kekurangan. Kau akan menemukanku demikian, perempuan dengan banyak kesalahan. Kau akan menemukanku demikian, maka nasehatilah aku dalam kebenaran dan kesabaran. Demikian,

Rabu, 02 Agustus 2017

21.45 0 Comments
Dalam hidup. Ini penting. Itu penting. Semuanya memang penting. Tetapi, sekali lagi pandang lebih jeli, setiap yang penting telah menempatkan diri sesuai kadar pentingnya. Jadi, jangan sampai kau kacaukan urutannya, apalagi menambah daftar baru yang sejatinya tidak termasuk didalamnya. Ingat yang terpenting, hingga yang penting-penting saja, simpan yang kurang penting, dan buang yang tidak penting ~hancan~
Source : Pixabay.com

Selasa, 01 Agustus 2017

Kamu Lelah?

13.30 0 Comments


Kamu lelah?

Istirahatlah..
Duduk sejenak di belakang rumah..
Di atas dipan-dipan kayu..
Bersandar pada tiang-tiang yang rendah..
Menatap rerumputan yang menghijau..
Memandang langit yang cerah..
Menyimak burung-burung yang berkicau..
Merasakan sepoi yang ramah..
Mendengarkan suara palu pada tukang pemecah batu..

Dan lihatlah, diseberang sana.. ia sama lelahnya denganmu, tapi senyumnya, jauh lebih tulus dibanding tawamu..

Jumat, 21 Juli 2017

Kok

10.31 1 Comments
Mungkin kalian pernah mendapati seorang perempuan yang pakaiannya sedikit kurang bahan, terkadang kalau saya pribadi, sudah mau kelepasan saja untuk komentar (kok pakaiannya gitu sih, kok nggak malu sih, kok PD sih, dan segala macemnya). E e sebentar sebentar, inget dulu waktu sekolah aku juga pernah melihat perempuan bergamis, dalemnya pake rok, dalemnya pake celana panjang, bukankah dalam hati juga berkata (kok rempong banget sih, kok stylenya orangtua banget sih, dan segala macemnya). Apa bedanya? Sama aja memandang buruk kan? Rupanya harus hati-hati ya dengan kata “kok” dan komentar yang buru-buru. Nilailah dari sudut pandang orang yang kita nilai. kalaupun memang kita yang benar dan mau ngelurusin, ya caranya sebisa mungkin tetap dengan cara pandang mereka, dengan begitu semoga bisa diterima.

Senin, 03 Juli 2017

Rumah Berjuta Cerita

05.12 0 Comments

Rumah,
Berarti tentang rindu, dan pulang
Berarti tentang orang terkasih, dan orang tersayang
Berarti tentang masa lalu, dan masa depan yang terkenang
Rumah,
Berarti tentang perihal saling mendoakan
Berarti tentang perihal saling membahagiakan
Berarti tentang perihal saling menyemai persaudaraan
Rumah,
Berarti labuhan paling damai
Berarti cinta yang tak pernah tergadai

Rumah, memang harus begitulah rumah.

Selasa, 20 Juni 2017

09.08 0 Comments
Suka bertanya-tanya, ada nggak ya yang baca blog ini. Eh ada, pasti ada lah yang kepo, paling enggak satu orang yang tak paksa kepo :P
Siapa dia?
Ini dia orangnya. Selamat pulang kampung diksol. Sudah kirim gambar, dan katanya sekarang sudah berubah jadi kalem. Ckckck. Baru juga di kapal mau nyebrang. O.O

Senin, 19 Juni 2017

Resensi : Happy Little Soul

22.54 0 Comments
Judul Buku  : Happy Little Soul
Pengarang   : @retnohening
Penerbit       : gagasmedia
Tebal            : 202 hlm.
Harga           : Rp 80.000,-
ISBN             : 978-979-780-886-0
……“Dituliskannya buku ini, bukan berarti saya adalah ibu yang sempurna. Adanya buku ini bukan berarti perjalanan  menjadi ibu yang baik sudah selesai. Tidak. Masih sangat panjang perjalanan dan masih banyak pe-er yang harus dikerjakan. Saya adalah ibu yang sedang dan insha Allah akan terus belajar menjadi lebih baik…” Begitulah sebagian ungkapan ibuk @retnohening untuk pembaca dalam suratnya di lembar-lembar awal buku ini.
Sudah bisa memprediksi kan, kira-kira apa isinya buku ini? Ya, sebuah kisah panjang tentang perjalanan menjadi seorang ibu dalam mengasuh anak. Dengan gaya menulisnya yang telling experience banget, dan bahasa yang kita banget, membacanya pun jadinya ngalir banget. Pembaca secara tidak langsung belajar dari pengalaman ibuk @retnohening, “ooo..begitu, dan begitu..”. Intinya buku ini secara tidak langsung mengajarkan ilmu parenting praktis.
Baiklah, isinya saya ulas sedikit di sini ya. Ada point - point yang bisa kita pelajari bagaimana mengasuh ala beliau ini, sedari pasca-pernikahan:
1)    Bersiaplah menjadi ibu (ini si ibuk @retnohening bahkan nyiapin test pack banyak-banyak, karena saking mendambanya jadi seorang ibu. Tentu, siap-siapnya dengan do’a-do’a, siap mental, jaga kesehatan, jaga pola makan, dan lain sebagainya. Termasuk juga kesiapan ilmu, karena kadang prinsip” memperlakukan anak bertentangan dengan orangtua, atau orang lain, tetapi selama yakin itu benar, it’s no problem. Tentu dengan tanpa menutup mata mencari tahu lebih banyak lagi.
2)    Jadilah ibu yang pembelajar (Ingat yaa, ada anak berarti sudah tak se-bebas saat masih ‘sendiri’. Ada waktu-waktu yang harus dikorbankan bersamanya, dan itu mau tidak mau harus belajar membiasa. Ingat juga yaa, bekal mendidik yang paling penting itu adalah dengan menjadi ‘role model’, itu juga mau tidak mau si ibu harus terus belajar menjadi pribadi yang baik, anak hanya menirumu bukan?)
3)    Berkomunikasilah yang sehat (Ajak anak berbincang, bahkan sejak dia masih berada dalam kandungan. Berilah perhatian dan pengertian. Bersemangatlah mengapresiasi.  Ajak anak bermain.  Meminta tolong, melibatkan dalam pengambilan keputusan, dan lain-lain).
4)    Lanjutkan sendiri yah. Kalau baca sendiri lebih greget, contoh aplikatifnya dapet. Selain itu, ini buku kemasannya menarik sekali, dari awal sampe akhir full color.

5)   Happy Reading…

Jumat, 16 Juni 2017

HopeYouHearMe

08.38 0 Comments

Andaikan sekali waktu, kau ajak aku bincang berdua, ya, berdua saja, bertanya tentang hal-hal, aku akan banyak bercerita, meskipun dihadapanmu bisa jadi aku akan menangis keras, atau mengharu bahagia. Karena aku tahu, pada orang baik saja tak cukup. Karena aku menyadari, pada yang dekat saja juga tak cukup. Kenapa dirimu? Karena, kau telah menjadi guru kehidupan terbaik dalam hidupku.

Sayang, terlalu kelu, dan tak pernah sampai, padamu.

Aku berharap, kau pun berpikir demikian. Andaikan sekali waktu bisa mengajakku bincang berdua, ya, berdua saja, bertanya tentang hal-hal, dan aku bisa bercerita banyak padamu. Meskipun tak pernah tahu apa yang akan terjadi kemudian. Karena kau menyadari, aku, ada diantara deretan nama dalam daftar orang yang berharga untukmu, meskipun entah, pada urutan ke-sekiansekian aku tak peduli.

Baiklah, tak baik katakan andai. Setidaknya, dalam diam aq masih terus berguru, padamu

Sabtu, 10 Juni 2017

Mengelola Stress

09.02 0 Comments

STRESS
#Apa sih itu stress?
Sederhananya, stress itu tekanan atau tuntutan yang membebani kita. Mustahil ya, kalau hidup enggak ngalamin stress, orang yang namanya stressor itu dimana-mana ada dan pasti terjadi. levelnya saja mungkin yang berlainan, ada yang ringan ada yang sedang, ada yang beraatt bangeett.
Jenis stressor tentu berpengaruh, tetapi pribadi masing-masing juga sangat mempengaruhi. Misalnya nih, habis ngalami kalah lomba. Kalau orang bisa mempersepsi kalah lomba dengan pemikiran yang positif (Biar kalah yang penting pengalaman atau, kalah berarti belajar lagi untuk menang di kesempatan berikutnya) tentu merasanya ringan-ringan aja. Beda kalau yang mempersepsinya dengan pemikiran negatif (Wah, aku memang ditakdirkan selalu gagal atau, aku memang nggak pinter) ya pasti berat banget nerimanya. Ada juga yang ngerasa ringan karena memang daya tahan menghadapi stressornya tinggi, ngrasa berat karena daya tahan menghadapi stressornya rendah. Jadi, itulah kenapa, semakin orang ditempa ujian (masalah-red), ia sejatinya sedang ditempa meningkatkan kekebalan terhadap stressor. Berbahagialah…
#Gejala-gejalanya stress kayak mana?
Ya banyak. Insomnia/hipersomnia, gampang marah, mudah menangis padahal sebabnya sepele, merasa malas-malas terus buat beraktivitas, sulit konsentrasi, mudah lupa, bawaannya mikir negatiif melulu, mata capek, badan pegal, keringat dingin, sesak nafas, migren, dan lain sebagainya. Melihatnya, tetap kembali ke individu masing-masing ya.
#Stressor datang dari mana aja?
-Bisa dari diri kita sendiri. Kalau kita orangnya perfectionist banget, terlalu ambisius. Atau iman kita lagi lemah, jadi kurang bersyukur-kurang pasrah-kurang percaya sama Allah gitu juga bisa mempermudah stress.
-Bisa datang dari lingkungan sekitar kita. Tempat sekolah/kuliah, tempat kerja, keluarga, juga kondisi fisik lingkungan itu sendiri (Contohnya macem-macem, pimpinan terlalu menuntut, hubungan sama temen enggak baik, kehilangan orangtua, tempatnya panas-sesak-penuh polusi, dll)
#Bagaimana menyikapi stress?
Mari tanyakan pada diri sendiri, kira-kira apa ya sebabnya (stressor-stressor tadi), pahami benar. Kemudian renungkan baik-baik,
1.     Dapat dihindarikah?
2.     Dapatkah dilakukan sesuatu pada masalah tersebut? atau
3.     Dapatkah diubah menjadi sesuatu yang berbeda?
Temukan jawabannya, dan segera eksekusi yang paling memungkinkan.
#Cara mengelola stress dengan baik bagaimana?
Nah, kembali lagi ya, karena stress pasti akan datang menghampiri kita, ada baiknya selalu siap-siap. Siap-siap menemukan strategi untuk mengelolanya dengan cara-cara yang baik.  Gimana?
Kelola Pikiran. Yuk, mulailah untuk berfikir positif dalam segala hal. Pandanglah sebuah masalah sebagai sesuatu yang mendewasakan kita. Percayalah, sesudah kesulitan akan selalu ada kemudahan. Percayalah, tidak akan ada beban yang melebihi kesanggupan kita memikulnya. Realistislah dalam merumuskan target-target hidup. Pahamilah bahwa kita tidak mampu mengendalikan sikap orang lain, juga ketidaknyamanan lingkungan, namun kita selalu bisa mengendalikan respon kita terhadap stressor-stressor tersebut. J
Kelola Perilaku. Berkatalah yang positif, belajarlah untuk asertif, memaafkan dan meminta maaf, sering-seringlah charger semangat dan motivasi, jangan lupa perbaiki shalat dan selalulah berdo’a J
Kelola Dukungan Sosial. Carilah teman yang baik untuk bercerita, teman yang dapat menjaga rahasia. Semoga membantu menyelesaikan masalah yang sedang kita hadapi J
Relaksasi. Sejenaklah berjeda dari segala kesibukan-kesibukan kita, tenangkan diri, tenangkan hati, dan tenangkan pikiran J

# Selamat belajar mengelola stress ya, terkhusus untuk diriku sendiri.
# Intisari tulisan diambil dari salah satu matkul kesehatan mental

Senin, 05 Juni 2017

Menjadi Perempuan #2

02.30 0 Comments

Kadang suka menceritakan sesuatu berulang-ulang, meski sebenarnya sama sekali tidak penting dan tidak ada manfaatnya. Topiknya, saya rasa dimana-mana tak jauh beda.
Seputar do'i-jodoh-nikah-jadi ibu-dan mendidik anak, meski sekedar membayangkan (lha belum nikah sih).
Seputar harga-tempat belanja murah-baju terbaru-make up termanjur, meski sekedar angan (lha sayang uang sih).
Seputar kejadian-kejadian kita yang dialami-atau bahkan juga orang lain hari ini, kemarin, bahkan jauh masa lampau (ini sebenarnya intinya nggosip).
Seputar ingin yang belum sampai-mimpi yang belum tergapai-emosi yang berubah-harapan yang merekah, meski sebatas kata (banyak ngomongnya daripada actionnya, baper-an pula).
Kodrat perempuan? Begitukah? Ya sebenarnya tergantung pribadi masing-masing sih ya, enggak bisa digebyah uyah. Tetapi, sepertinya tetap sebagian besar. Hehe
***
“Bicaralah dalam tiga hal, bicara yang baik, bicara yang memberi manfaat, dan bicara yang mengingatkan pada Allah
Pesan untuk kaum laki-laki, juga kaum perempuan.
~Inspired by Aa Gym~