Judul
Buku : Positive Parenting
Pengarang : Mohammad Fauzil Adhim
Penerbit : Mizania
Tahun
Terbit : Cetakan 1, Oktober 2010
Tempat
Terbit : Bandung
Tebal
Buku : 265 Halaman
Dan
Tuhanmu agungkanlah!
Rasulullah
saw berpesan pada hari - hari terakhir jelang kematiannya “…..Sesungguhnya, kaum mukmin itu bersaudara. Tidak boleh ditumpahkan
darahnya. Tuhan kalian satu. Bapak kalian semuanya Adam dan Adam dari tanah.
Sesungguhnya, yang paling mulia di sisi Allah ialah yang paling takwa. Tidak
ada kelebihan orang Arab di atas orang asing kecuali karena takwanya”.
Sampaikanlah
pesan Rasulullah itu kepada anak-anak kita, niscaya ia akan tumbuh dengan
percaya diri, jiwa yang besar, konsep diri yang baik, pikiran yang terbuka,
serta dada yang lapang. Sebab, ia memahami bahwa pembeda manusia hanyalah
takwanya. Sehingga, akan ada ikatan kasih sayang dan cinta diantara mereka,
yang landasannya adalah iman. Sekali lagi, sampaikan pesan Rasulullah, dan
siapkan generasi - generasi yang meninggikan kalimat Allah, bukan meninggikan
diri dengan kalimat Allah.
Semoga
Doa-Doa Mereka Membumbung Tinggi
Hanya tiga hal yang dapat seseorang harapkan setelah
kematiannya, Ilmu yang bermanfaat, amal jariyah, dan anak-anak shaleh yang
mendoakan. Iya, perdengarkanlah mereka pengharapanmu kepada Allah, sehingga
mereka dapat merasakan bahwa hanya kepada Allahlah kita meminta. Didiklah
mereka untuk menjadi shalih-shalihah, karena doa yang terlantun, harus
dibersamai dengan keshalihan. Jika itu dunia yang melatari sebuah doa, pastikan
sertakan niat karena Allah didalamnya.
Membangkitkan
Semangat Anak
Orang – orang besar tidak dilahirkan. Mereka ditempa,
diukir, dan dipersiapkan oleh pendidikan yang baik. Ajaklah anak untuk melihat
sebuah kekuatan besar dibalik sebuah kelemahan. Berilah mereka cerita yang
menginspirasi, dengan sungguh-sungguh, dan dengan sepenuh hati sembari berharap
turunnya hidayah untuk mereka.
Belajar
Dari Masa Kecil
Masa kecil, masa -yang seharusnya- seorang anak bersungguh-sungguh
mencari ilmu, sekurangnya yang menjadi bekal dasar kehidupan mereka. Namun
sayangnya, saat ini, ditengah semaraknya kemajuan teknologi, tradisi keilmuan
justru hilang. Anak-anak disibukkan dengan televisi, dengan gadget, dan lain
sebagainya. Ya, untuk para orang tua, jangan lewatkan masa emas anak begitu
saja, tanpa belajar agama.
Pada
Mulanya Adalah Membaca
Awalnya, adalah
membaca. Anak-anak akan mempunyai ketrampilan, kemampuan, dan ketajaman
mencerna isi bacaan. Kemampuan berpikir mereka lebih matang dan tertata. Mereka
juga akan mengembangkan kemampuan menimbang dan menilai apa yang mereka serap
dengan lebih baik. Untuk itulah, kegemaran membaca pastikan iringi dengan
penanaman nilai yang baik pada mereka. Yuk, biasakan anak-anak membaca, bacaan
yang bergizi..
50
Tahun Mendatang Anak Kita…
Semoga,
mereka sudah tersebar di seluruh dunia. Mereka gigih merebut dunia bukan karena
gila harta, melainkan karena mereka ingin menjadikan setiap detik kehidupannya
untuk menolong agama Allah. Mereka gigih bekerja, dengan harap setiap tetes
keringatnya menjadi pembuka jalan ke surga.
Tetapi, ingatlah, 50 tahun mendatang anak kita, hari inilah
menentukannya !!
Matinya
Perjuangan
Agar perjuangan tidak mati, atau terhenti justru oleh
anak-anak kita sendiri, didiklah mereka sesuai dengan perubahan zaman namun
tidak melupakan prinsip.
Ajarkan
Jihad Sejak Dini
Tanamkanlah
kepada mereka pemahaman tentang jhad secara utuh, bukan tentang jihad yang
benar atau jihad yang salah. Mengajarkan jihad berarti menumbuhkan kepada
mereka harga diri dan kepercayaan diri sebagai orang yang beragama. Mereka
belajar memiliki rasa tanggung jawab.
Merusak
Tetapi Dicintai
Televisi. Ada benarnya jika ada yang mengatakan bahwa
televisi kini sudah menjadi “The First God (Tuhan Pertama)”. Karena pada
kenyataannya, meskipun televisi menimbulkan dampak yang sangat buruk untuk
anak, para orangtua tak dapat lepas dari menatap layar kaca. Jadi, untuk
orangtua, siapkanlah untuk mematikan televisi di rumah juga mematikan televisi
di hati kita. Artinya, kurangi antusiasme untuk membicarakan acara-acara atau
bintang-bintang di televise. Meskipun bukan hal yang buruk, sekali waktu
menikmati tayangan televis yangbagus, bersama seluruh anggota keluarga.
Berseteru
Karena Cemburu
Rencanakankalah kelahiran anak dengan baik.
Satu-Dua-Tiga-dst. Sudah pasti anak kita akan mempunyai seorang adik, dan kita
akan lebih banyak waktu mengurusnya. Cermati sikap awal kita, jangan merasa
seolah-olah kita direpoti oleh anak. Berilah mereka perhatian, ajarkan mandiri,
libatkan dalam menjaga adik, supaya tidak ada kecemburuan diantara mereka.
Dua
Anak Cukup!
Dua anak cukup. Tiga anak lebih dari cukup. Empat anak?
Baik. Lima anak, baik sekali. Enam ke atas, istimewa. Berapa kita memutuskan
punya anak, periksalah niat kita! Jika, siap membesarkan banyak anak,
insyaAllah mereka akan tumbuh sebagai manusia yang berjiwa besar, berkarakter
kuat, dan memiliki mental yang kukuh. Tidak ada yang berat pun tidak ada yang
repot. Selama niat dan persiapan kita tepat.
To
be Continued….
***
Tulisan di atas merupakan ulasan secara garis besar buku (121
hlm dari 265 hlm) berjudul Positive Parenting karya Fauzil Adhim. Seperti yang
tertulis pada kolom komentar pembaca, saya sangat setuju bahwa buku ini
menyajikan nilai-nilai islami yang sangat dalam, mengajak orangtua untuk
memberikan hati dan cintanya kepada anak-anak mereka. Memberi kesadaran bahwa
pondasi utama untuk mendidik anak adalah iman. Dimana hal itu diwujudkan pada
mereka, anak-anak, yang selalu meninggikan kalimat Allah dalam setiap hal.
Penggunaan kalimat yang mudah dipahami, dengan gaya
sastra khas penulisnya, sangat baik untuk dijadikan salah satu sumber referensi
dan pengetahuan orangtua dalam mengasuh anak. Meskipun menurut saya, dalam
beberapa sub-tema kurang begitu sesuai dengan judulnya. Yuk, para orangtua,
atau calon orangtua, siapkanlah bekal mendidik dan mengasuh anak, sebanyak-banyaknya…