Follow Us @whanifalkirom

Selasa, 11 Oktober 2016

W.a.k.t.u

13.09 0 Comments

Sesuatu yang sakral itu bernama waktu. Ia terus melaju, seiring bumi yang terus berrotasi, lalu kemudian kita namakan ‘hari’. Seiring bumi yang terus berrevolusi, lalu kemudian kita namakan ‘tahun’. Ketika sebuah bilangan tahun kita kerucutkan menjadi jam, menit, detik, mungkin terasa begitu sekejap saja. Sekejap yang terlalu berharga. Karena satu detik berlalu dengan sia-sia, berarti hilang sudah satu kesempatan yang kita punya. Kesempatan yang akan membentuk siapa diri kita selanjutnya, kesempatan yang akan mengubah siapa diri kita setelahnya.

Ada sebuah kata bijak tentang pemaknaan waktu yang layak untuk dijadikan renungan.
“Untuk memahami makna SATU TAHUN, tanyalah pada siswa yang tidak naik kelas. Untuk memahami makna SATU BULAN, tanyalah pada ibu yang melahirkan bayi premature. Untuk memahami makna SATU MINGGU, tanyalah pada editor majalah mingguan. Untuk memahami makna SATU HARI, tanyalah pada pekerja dengan gaji harian. Untuk memahami makna SATU JAM, tanyalah pada gadis yang sedang menunggu kekasihnya. Untuk memahami makna SATU MENIT, tanyalah pada seseorang yang ketinggalan kereta. Untuk memahami makna SATU DETIK, tanyalah pada seseorang yang selamat dari kecelakaan. Untuk memahami makna SATU MILI DETIK, tanyalah pada pelari peraih medali perak Olimpiade”

Islam, sebagai agama yang sempurna dalam mengatur kehidupan manusia telah mengingatkan untuk berhati-hati terhadap waktu. Supaya kita tidak menggunakannya dengan sesuatu yang buruk, sia-sia, ataupun tidak bermanfaat. Sebagaimana nasehat Rasulullah melalui sabdanya,
 “Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhori)
Juga firman Allah,
Demi waku. Sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, dan mengerjakan amal sholih, dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran”. (Q.S Al ‘Ashr)

Yaa. Hidup dalam perputaran waktu. Selalu ada masa, realita yang berjarak dengan idealita. Malu. Tatkala mengingati usia yang hampir melewati masa kritis remaja akhir dan beralih menuju kehidupan dewasa ini. Apa yang sudah dicapai? Sampai mana ilmu yang digali? Seberapa besar keberadaan ini member kontribusi? . Memang belum apa-apa. Namun, selalu ada juga masa, yang memberi ruang untuk belajar dari pengalaman, dan kemudian tidak jatuh pada lubang hingga berulang. Selalulah menjaga waktu, teraturlah dalam urusan. Mumpung masih muda, Mumpung masih sehat, Mumpung masih berkecukupan, Mumpung masih banyak waktu luang, dan Mumpung masih hidup. Semoga tercapai ideal versi kita, dan sesuai dengan ideal versi sesungguhnya (read : takdir).

Dalam sebuah analogi wadah; batu, kerikil, dan pasir. Pastikan tidak salah kapan harus menempatkan ketiga benda itu kedalam wadah. Ingat baik-baik, tujuan dan cita-cita hidup. Rumuskan dengan banyak cara untuk meraihnya. Kemudian, lakukanlah dengan bertahap, dan konsisten dengan sebuah proses. Namun perlu diingat, cita dunia itu hanyalah semu. Sungguh, yang abadi adalah menempatkan cita akhirat di atas segalanya. Juga perlu diingat, untuk mudah dalam urusan dunia, maka perbaiki terlebih dahulu urusan akhirat.
***
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’ (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya”. (Al Baqarah : 45 – 46)
Nb. Karena shalat adalah parameternya. Jadi, untuk siapa saja yang merasa waktunya begitu kurang, atau merasa aktivitas yang menumpuk tidak pernah selesai, atau kesulitan-kesulitan masih menghampiri sementara segalanya sudah terencana dengan matang, sejenak toleh kembali perkara yang bisa jadi kita anggap remeh, namun sejatinya pokok segala urusan, SHALAT. Sudahkah kita menjaga shalat? Untuk tepat waktu, untuk berjama’ah, untuk diiringi dengan qabliyah / ba’diyah, untuk diakhiri dengan dzikir dan do’a, untuk khusyu’,untuk…

Semoga kita tak berputus asa untuk selalu belajar istiqomah menjaga shalat. Semoga Allah senantiasa memudahkan segala urusan, dan menjaga waktu kita dari perkara yang sia-sia. Aamiin
Saudariku, saling mendoakan yaa…

(Sedang menampar diri sendiri yang lemah ini. Rupanya, harus keras dan berkali-kali)