Nilai...
Tilinili
11.00
0 Comments
Setelah sekian lama duduk di bangku sekolah, hingga
kini dalam masa-masa kuliah, sepertinya ini baru pertama kalinya kusesalkan
sebuah “nilai”. Penyesalan yang sangat. Entah kenapa, setelah UAS berlalu, dan
satu per satu nilai mulai keluar, aku mengintip sedikit demi sedikit
(harap-harap cemas sebenarnya), dan langsung saja respon pertama adalah
TERKEJUT. Keterkejutan yang membawa efek pada teman-teman di dekatku,
terabaikan, terkena marah dan bentakan, dan sudah pasti muka muram menggerutu
yang kutujukan untuk teman-temanku.
Aku bingung sebenarnya, terlalu lebay pikirku.
Bukankah selama ini nilai jelek bukan masalah. Dulu, saat aku kecil, pernah
suatu ketika mengerjakan soal matematika salah total, dan tentu saja nilainya
“nol”. Tetapi, saat itu pula akupun pulang dengan bangganya mengumumkan nilai
“nol” itu. Sama halnya di waktu-waktu berikutnya, saat nilai jelek yang
kudapat, berapapun itu, aku tetap tersenyum, tanpa ragu-ragu memberitahukan
kepada siapapun yang bertanya. Bahkan aku biasa saja menceritakan teman-temanku
yang juga mendapatkan nilai yang sama jeleknya. Kuliahpun kini, aku merasa
“rata-rata” saja. Satu yang pasti usaha dan do’a selalu menyertai, dengan
target sederhana “cukup mempertahankan cumlaude”.
Tetapi kali ini, terasa sesuatu penyesalan yang lain.
Nilai itu benar-benar menghilangkan wajah ceriaku waktu itu. Apa yang salah???
Ternyata, baru kusadari benar, nilai itu buah dari sebuah kebencian, dengan
pengajar mata kuliah yang bersangkutan. Ya, kegagalan yang didapat terasa lebih
mengecewakan saat terjadi karena sebuah kesengajaan. Bayangkan saja, berawal
dari benci aku menjadi malas untuk mengikuti perkuliahan. Kesempatan 25% untuk
membolos sudah pasti kugunakan sepenuhnya. Catatan? Jangan tanyakan, satu lembarpun
tak ada. UTS, UAS, apa yang kulakukan? Membaca catatan teman yang tak
kumengerti maksudnya, sekilas saja menjelang ujian dilaksanakan. Aktif di
kelas? Boro-boro. Aku hanya diam membisu, sambil senyum-senyum menunggu waktu
berlalu. Ah, dan sebagainya...
Begitulah, saat sesal selalu datang terlambat.
Kebencian yang tak beralasan, malas yang tak terkendalikan, waktu yang
tersiakan, ilmu yang terbuang percuma....... #Andai saja....... (Tetapi, karena
berandai-andai bukanlah sebuah jalan, so lakukan yang terbaik untuk masa
mendatang J).