Follow Us @whanifalkirom

Sabtu, 26 Januari 2013

Nilai...

Setelah sekian lama duduk di bangku sekolah, hingga kini dalam masa-masa kuliah, sepertinya ini baru pertama kalinya kusesalkan sebuah “nilai”. Penyesalan yang sangat. Entah kenapa, setelah UAS berlalu, dan satu per satu nilai mulai keluar, aku mengintip sedikit demi sedikit (harap-harap cemas sebenarnya), dan langsung saja respon pertama adalah TERKEJUT. Keterkejutan yang membawa efek pada teman-teman di dekatku, terabaikan, terkena marah dan bentakan, dan sudah pasti muka muram menggerutu yang kutujukan untuk teman-temanku.
Aku bingung sebenarnya, terlalu lebay pikirku. Bukankah selama ini nilai jelek bukan masalah. Dulu, saat aku kecil, pernah suatu ketika mengerjakan soal matematika salah total, dan tentu saja nilainya “nol”. Tetapi, saat itu pula akupun pulang dengan bangganya mengumumkan nilai “nol” itu. Sama halnya di waktu-waktu berikutnya, saat nilai jelek yang kudapat, berapapun itu, aku tetap tersenyum, tanpa ragu-ragu memberitahukan kepada siapapun yang bertanya. Bahkan aku biasa saja menceritakan teman-temanku yang juga mendapatkan nilai yang sama jeleknya. Kuliahpun kini, aku merasa “rata-rata” saja. Satu yang pasti usaha dan do’a selalu menyertai, dengan target sederhana “cukup mempertahankan cumlaude”.
Tetapi kali ini, terasa sesuatu penyesalan yang lain. Nilai itu benar-benar menghilangkan wajah ceriaku waktu itu. Apa yang salah??? Ternyata, baru kusadari benar, nilai itu buah dari sebuah kebencian, dengan pengajar mata kuliah yang bersangkutan. Ya, kegagalan yang didapat terasa lebih mengecewakan saat terjadi karena sebuah kesengajaan. Bayangkan saja, berawal dari benci aku menjadi malas untuk mengikuti perkuliahan. Kesempatan 25% untuk membolos sudah pasti kugunakan sepenuhnya. Catatan? Jangan tanyakan, satu lembarpun tak ada. UTS, UAS, apa yang kulakukan? Membaca catatan teman yang tak kumengerti maksudnya, sekilas saja menjelang ujian dilaksanakan. Aktif di kelas? Boro-boro. Aku hanya diam membisu, sambil senyum-senyum menunggu waktu berlalu. Ah, dan sebagainya...
Begitulah, saat sesal selalu datang terlambat. Kebencian yang tak beralasan, malas yang tak terkendalikan, waktu yang tersiakan, ilmu yang terbuang percuma....... #Andai saja....... (Tetapi, karena berandai-andai bukanlah sebuah jalan, so lakukan yang terbaik untuk masa mendatang J).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar