Bercerita tentang
seorang anak (Dam) yang setiap hari diperdengarkan dongeng-dongeng ayahnya.
Hingga Dam mulai tumbuh dewasa, mulai berpikir, bagaimana mungkin
dongeng ayah adalah nyata? Bagaimana mungkin ayah mengenal sang kapten, sang
juara dunia, sementara ayah justru menghindari saat jarak semakin mudah untuk
direngkuhnya. Bagaimana mungkin ibu seorang bintang televisi yang ternama,
sementara saat ini rela hidup begitu sederhana tanpa kemewahan apaun. Ya, kini
Dam semakin yakin untuk membenci ayah, yang hanya terus berusaha membesarkan
anak melalui kebohongan-kebohongan..
Semakin membenci
ayah, saat tahu ayah tak melakukan apapun saat ibu jatuh sakit, keras, hingga
akhirnya tiada, dan bahkan ayah tetap bersikeras bahwa ibu bahagia..
Dan waktu semakin
membawa dirinya ke dalam peran berbeda. Hingga di detik terakhir sang ayah
menghirup udara dunia, dalam kondisi bicara yang lemah terbata, meminta untuk
bercerita sebuah dongeng terakhir, “danau para sufi” -ajaran tentang hakikat
sejati sebuah kebahagiaan.
“Ketika kau bisa membuat hati bagai danau dalam dengan sumber mata air sebening air mata. Memperolehnya tidak mudah, kau harus terbiasa dengan kehidupan bersahaja, sederhana, dan apa adanya. Kau harus bekerja keras, sungguh-sungguh, dan atas pilihan sendiri memaksa hati kau berlatih”
Ya. Ayah menutup
mata. Terpukau sudah, terdiam menatap tak percaya. Sang kapten benar-benar
datang untuk memberi hormat dan berbelasungkawa.. Sejak itu, Dam tahu bahwa
ayah memang tak pernah berbohong.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar