Follow Us @whanifalkirom

Kamis, 28 Agustus 2014

Ibu, Ajari Aku Untuk Memilih Pendamping Hidupku..

00.16 0 Comments
Suatu hari seorang anak laki-laki bertanya pada sang ibu. “Bu jika kelak anakmu ini akan menikah, istri seperti apa yang mesti kupilh?”. Sang ibu yang bijakpun menjawab, “Nak, calon istri yang baik adalah dia yang saat kau pandang hilang resahmu, saat kau bersamanya tentram hatimu, saat kau pamit menjemput rizki ia lambaikan tangan sambil mendoakanmu”. Sang ibupun bersenandung “mencipta rumahnya seindah syurga, menjaga akhlakny sebening mata, qana’ah selendangnya dalam rumahtangga, sejuk di qalbunya, tunduk pandangannya”. “Tapi Bu, aku kan belum tahu sifatnya. Bagaimana aku dapat mengenalnya?” Sang anak menyela. Sang ibupun menjawab “Nak, jika kau ingin melihat kasih sayangnya padamu, lihatlah bagaimana ia memuliakan ayah bundanya. Jika kau ingin tahu apakah ia kasih terhadap anak-anakmu kelak lihatlah perlakuannya terhadap adik-adiknya”. “Lalu, bagaimana jika aku ingin memilih istri secantik Aisyah secerdas Ana dan setulus Maryam seperti novel yang fenomenal itu?” Sambil tersipu sang  anak bertanya. “Kau harus memliki jiwa setegar Azzam juga berilmu sebijak Fahri”. Jawab sang ibu.
Sang anak termenung sejenak. Kemudian sang ibu menandaskan kembali. “Nak, jodohmu sudah ada di tanganNya. Jangan pernah khawatir. Khawatirlah jika kau belum bisa memperbaiki diri. Khawatirlah bila engkau belum pantas menjadi suami bagi pendampingmu. Khawatirlah jika ibadahmu hanya untuk dilihat olehnya. Nak, perbaiki akhlakmu maka kau kan dapatkan pujaan hatimu. Luruskan niatmu maka kau kan dapatkan bidadari dunia akhiratmu. Sempurnakan ikhtiarmu maka jodohmu kan mendekat padamu”. Pesan sang ibu.
Sang anakpun mulai mengerti. Ia balas sang ibu dengan sebuah syair yang beberapa hari ini ia hafal dan ia resapi maknanya. Apabila telah tiba masaku untuk mengakhiri masa lajangku dengan segenap kemampuan Allah berikan, insyaAllah janjiku segera kutunaikan. Tapi, bila kuraba dalam hati dalam serumpun pertanyaan silih berganti adalah semua kulakukan terlalu dini. Bergedup jantung di dada kendalikan diri. Namun pernikahan begitu indah kudengar membuat kuingin segera melaksanakan. Namun bila kumelihat aral melintang, hatiku selalu maju mundur dibuatnya. Akhirnya aku segera tersadar hanya pada kepada Allahlah tempatku bersandar yang akan menguatkan hati yang terkapar. InsyaAllah azzamku kan terwujud lancar. Sang ibupun tersenyum dan mendoakan putranya.
Kisah ini ini ditulis Setia Furqon Kholid dalam bukunya Jangan Jatuh Cinta Tapi Bangun Cinta.