Adakah
yang tahu apa maksudnya?
Orang
Jawa bilang, dari kata “sawang” yang berarti melihat. Sawang sinawang artinya saling
melihat. Pada intinya, kata ini menggambarkan sifat manusia yang selalu merasa
kurang, yaitu dengan membandingkan diri kita dengan orang lain. Kalau dalam
Bahasa Indonesia (mungkin) hampir sepadan dengan peribahasa “Rumput tetangga
lebih hijau”. Nah, agar kita tidak lagi wang sinawang, mari sejenak kita fahami
takdir kehidupan yang Allah berikan kepada kita. Karena apapun itu, terjadi
atas rencanaNya.
KetetapanNya
mutlak, alias tidak berkompromi dengan makhlukNya. Namun, ditegaskan bahwa Allah Maha Adil. Kita, hanya cukup
mensyukuri apapun yang terjadi pada diri kita, karena sungguh tak ada satu
peristiwapun yang terjadi tanpa hikmah dibaliknya. Everything happen for a
reason. Kita tidak perlu sedih berkepanjangan tatkala musibah datang
menimpa, atau gembira yang berlebih tatkala mendapat kenikmatan yang
diinginkannya. Kita tak perlu risau berkelanjutan karena kehilangan, tapi juga
tak perlu mengumbar ketika mendapatkan.

ket:*(
gembira yang melampaui batas yang menyebabkan kesombongan, ketakaburan dan lupa
kepada Allah)
Kejadian baik dan buruk senantiasa dipergilirkan. Menjadi sebuah keniscayaan, bahwa roda kehidupan manusia selalu
berputar, adakalanya di bawah adakalanya di atas. Disinilah keseimbangan itu
terjadi, kita bersenang karena pernah merasa sedih. Kita berbahagia karena pernah
kecewa. Kita menikmati puas hidup berkecukupan karena pernah merasakan pahitnya
berjuang dalam keterbatasan, dan sebagainya. Lalu, dari mana Allah akan
menilai? Kondisi buruk berarti mengharuskan kita untuk bersabar dan tak putus
ikhtiar, dan sebaliknya kondisi baik mengharuskan kita untuk menambah rasa
syukur dan keimanan.
“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum
(kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa
(kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka
mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman
(dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai)
syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Ali Imran : 40)
Allah Maha Tahu atas ketetapan terbaik buat hambaNya. Jadi, kita hanya harus berusaha menyamakan persepsi dengan Allah
swt yaitu dengan berhusnudzon atas segala sesuatu yang terjadi dengan diri kita.
Dan jangan lekas memisahkan sesuatu yang kamu benci dan
kelihatan terhina.
Siapa tahu apa yang kamu benci dan kau hina, justru
dicintai dan disayangi Allah SWT (eramuslim.com)
“Diwajib atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu
yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al Baqarah : 216)
*Bagus dibaca (u/ tambahan)-http://www.eramuslim.com/oase-iman/semua-ada-hikmahnya.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar