Sabtu,
19 April 2014. Aku sengaja mandi pagi, berniat mengikuti kajian rutin yang
diselenggarakan di salah satu masjid kampus di Jogja bersama adik kosku. Tapi,
karena alasan yang tidak bisa disebut alasan sebenernya (daripada telat, adik
kosku belum mandi dan bersiap) akhirnya kami memutuskan tidak jadi berangkat
(wah, masih berharap pahala niat, hehehe). Ah sudahlah, toh aku juga masih mau
menulis sesuatu. Menjelang pukul 07.00, aku mengirimkan sebuah pesan singkat. “Berangkat
jam berapa?”. Aku manggut-manggut membaca balasan yang kuterima, sambil
bergumam “Oh, baru mau berangkat”. Tapi selang beberapa waktu, hp
kembali berbunyi tanda sebuah pesan masuk “Sudah sampai Gamping”.
Sontak
aku terbangun, sedikit tak percaya, perjalanan Purworejo – Jogja hanya berkisar
satu jam naik bus (seberapa ngebutnya?). Lalu kubereskan beberapa yang masih
berserakan, netbook, kertas, buku, kabel-kabel, bulpoin, dan berbagai macam
barang lainnya. Ah sudahlah, secepat apapun aku bersiap, dia pasti sampai terlebih
dulu. Jadi, biar sajalah, kubiarkan dia menunggu *nggak cekatan bgt, unsur
kesengajaan.
Yeay,
teramat sangat senang sekali, bisa bersapa kembali dengan salah satu kawan
terdekatku saat SMA. Setelah ber-ba bi
bu- serta bingung memutuskan mau kemanakah kami, akhirnya cukup mengikuti
firasat hati, menuju kebun buah mangunan dan makam imogiri. Sebenarnya, ada ragu
waktu itu, selain tempat yang terbilang jauh, juga motor yang kubawa adalah
motor pinjaman. Ah sudahlah, aku sudah izin dengan si empunya untuk meminjam
sedikit lama. (Makasih Desiiii)
Rute
perjalanan sangat mudah. Hanya melewati jalan imogiri, ikuti jalan, lurus tanpa
berbelok hingga sampai pasar imogiri dan disitu akan menemukan beberapa papan
penunjuk menuju lokasi. Dengan bantuan papan petunjuk itulah kami sampai tujuan
dengan selamat. Ya, setelah cukup lama melewati jalanan yang menanjak dan
berkelok, tetapi sangat indah pemandangan di sekelilingnya.
Kebun Buah
Mangunan
Empat
tahun ber-rumahkan di Jogja, aku hanya sering mendengar dan belum pernah
sekalipun berkunjung ke sana. Sekilas, aku membayangkan akan ada beraneka macam
pepohonan dengan buah-buahan yang bergantungan di dahannya. Mereka tertanam dan
tumbuh rapi, menggugah selera. Dedaunan yang rimbun, juga subur tanahnya.
Dikelilingi taman-taman yang menjadi tempat singgah kita untuk sekedar duduk
bersantai. Ya, itulah yang terfikirkan (harapan tepatnya, toh pernah melihat
foto-fotonya sebenernya).
Sesampainya
di sana, wow, sepi sekali. Kami di sambut dua orang penjaga pintu masuk, mas
mas dan mbak mbak. Setelah membayar sepuluh ribu rupiah untuk dua orang, kami
bergegas masuk. Dengan berjalan kaki, kami menelusuri lokasi yang saat itu
pepohonan terlihat kering dan kurang terawat. Tidak terlalu beraneka ragam
pepohonan yang dijumpai, dan hampir keseluruhan kami mengenalnya (kelihatan
banget kan, orang dari desa). Ya, pohon pisang, pohon jambu, pohon mangga,
pohon jati, dll. Sayangnya lagi, tak ada satupun pohon yang sedang berbuah.
Makam Imogiri
Dari
tempat keberangkatan tadi, makam imogiri terletak sebelum kebun buah mangunan.
Karena itulah, diputuskan untuk mampir sekalian dalam perjalanan pulang. Setelah
melewati jalanan yang turun dan berkelok, sampailah di lokasi.
Sesampainya
di sana, wah. Berdasarkan informasi salah seorang yang di sana, tangga tersebut
berjumlah tepat 409. Kami berjalan dengan semangat (menunjukkan kalau kita masih
muda, *eh), meskipun sesekali berhenti untuk mengatur nafas (dan berfoto
tentunya). Sampai di atas, duduk sejenak, lalu turun dan pulang. Pulang ke
kosku, kamar fullkost “maskulin”.
*cc : Zaitun Hakimiah Ns (Mia)
-(Maaf jika terdapat kesalahan
ketik, catatan pukul 02.01 dini hari, berharap tidur tapi ternyata tak bisa
tidur)-
huaa... ternyata aku kalah cepet darimu...
BalasHapushaha..
makasih yaaa..
senang sekali bisa jalan2 bersamamu :*
Kalah cepat kaan? *Senang sekalii
HapusMari lanjutkan perjalanan selanjutnya :D
belum pernah ke kebun buah itu. jadi pengen ke sana. adem banget ya :3
BalasHapus:D
HapusJogjaaaa...tiada matinyaa :D
BalasHapusIyya, Jogja memang tiada matinya :D
Hapus