Follow Us @whanifalkirom

Kamis, 24 April 2014

Bidadari Itu Terpancar Dari Matamu..

Part 1
Aq menunggumu dengan harap-harap cemas,
Menikmati setiap detik waktu yang tiada henti berputar,
Sejenak, merengkuh kembali aktivitas,
Akankah nanti aku bisa bersamamu?
Mempersembahkan kemampuan terbaik yang kupunya,
Karena kau yang kucinta dan kau yang kupinta, Kampus STAN, bisakah kau menerimaku 29 September nanti?

Tulisanku, ketika untuk kedua kalinya mencoba mengikuti ujian masuk STAN, perguruan tinggi yang begitu banyak didambakan, termasuk aku. Tetapi di bawahnya, berjeda beberapa baris, sudah tertera tulisanku yang lain,

Terjawab sudah, kita memang tak ditakdirkan bersama,
Biarlah, ketika memang kuharus di sini,
Yakinlah, karena semua terjadi dengan rencanaNya yang sempurna :)

Artinya, cemasku sudah berganti, ikhlas dan penerimaan kenyataan. Dua kali mencoba, dan untuk kedua kalinya pula aku gagal. Iya, kesempatanku menuntut ilmu memang tak di sana. Tetapi di sini, aku belajar “manusia” dan “perilaku” nya. Ilmu yang sebenernya dari awal tertarik untuk kupelajari (selain matematika tentu). Ilmu yang sangat berguna, dan terus terpakai sepanjang waktu. Karena, kehidupan kita, selalu dan pasti berhubungan dengan makhluk bernama manusia. Berjeda beberapa baris, ada sebuah tulisan lain, bukan, jelas bukan aku yang menuliskannya.

Subhanallah..
Hanya pujian terindah untuknya yang terungkap,
Setiap kutatap bola matamu yang teduh,
Kuiri dengan segala keistimewaan yang Dia beri untukmu,
Banyak hal istimewa yang ada dalam jiwamu,
Tersirat lewat kata yang kau eja,
Hadirmu yang apa adanya,
Selalu berusaha tuk mengerti aq yang penuh cela,
Sahabat.. Kau benar.. Semua yang terjadi selalu dengan rencanaNya yang sempurna..

            Haa, rupanya salah satu sahabat terbaikku mendapati kertas itu. Dan begitulah, dia menjawab catatan pendekku dengan kerendahan hatinya.

Part 2
Rasa yang terdiaspora,
Mengalun indah,
Hadirkan harap, tapi selalu saja,
Membawa sebutir racun yang membinasakan iffah,
Entahlah,
Kuberusaha tak ingin tau,
Meski perlahan semakin mengikis keraguanku,
Ya, hanya perlu kutanam kembali,
Hadirkan sejatinya sang pemilik cinta di hatiku, Mahanya Maha,
Agar semua tak kian bersemai, Agar yang nampak indah bukanlah dunia,Agar mutiara itu tak hilang cahay anya, Hingga saat terindah itu tiba, Dalam dekap cintaMu Ya Rabb,

            Sepertinya, kala itu aku sedang galau (bahasa sekarang) dan aku menulis begitu saja. Lagi-lagi dibawahnya, terdapat tulisan lain, tentu saja bukan aku yang menuliskannya.

Dan kita saling mendoakan kawan,
Berdoa dengan keyakinan sepenuhnya,
Agar semua tak kian bersemai,
Agar yang nampak indah bukanlah dunia,
Agar mutiara itu tak hilang cahayanya,
Hingga saat terindah itu tiba,
Dalam dekap cintaNya, Maha Segala Maha
Aq terharu.     
-Ruang cinta ’11 Okt ‘11-
Indahnya waktu dzuha

            Siapa lagi? Masih sama, jawaban yang datang dari sahabat terbaikku atas catatan pendek yang kutulis. Jawaban penuh doa.

Part3
Assalam,
Khawatir klo sms g sampe ^_^
Hanif sholihah, af1, seharusnya aq yang bersegera menyempatkan ke kosmu, hehe
Ni helmnya, jzk khrn katsir y..
Af1 Nif ni ada 2 bungkus togo, untukmu n 1 nya tlg sampein ke Wiwit ^_^
Sungguh pahit sebenernya kukatakan ini, tapi inilah kenyataan, hhe
*sok dramatis
...bla bla bla..


    Surat yang kudapati begitu masuk kamarku. Tidak ada siapapun. Ya, surat yang datang dari sahabat terbaikku yang menyempatkan berkunjung sebelum aku pulang (kamarku memang jarang sekali dikunci, siapapun temanku bisa masuk). Surat apa itu? Entahlah, tapi aku terharu membacanya.



Part4
Kalau hanya berbuat baik,
Setiap kita mungkin bisa melakukannya,
Yang sulit adalah,
Bagaimana kita cinta dg kebaikan,
Lalu membuktikannya dg
Menyeru pd kebaikan,
Mengajak ke arahnya
(QS An Nahl:125)
Karena kita, tak ingin di surga sendirian :)

            Sebuah undangan yang dibuat oleh sahabat terbaikku, untuk disampaikan ke adik-adik juga kawan-kawan seperjuangan kami di fakultas. Nasehat dan makna.
***
            Ini tentang sahabat terbaikku. Benar-benar sahabat terbaikku. Karena sahabat itu, selalu membawa kita pada jalan kebaikan. Dia yang lembut tutur katanya. Sopan perilakunya. Percaya diri, namun tetap membatasi. Cintanya dg Al Qur’an luar biasa. Shalatnya selalu di awal waktu dan mencari kesempatan berjama’ah. Hidupnya selalu seputar cinta, apapun itu harus dengan cinta, yang dikatakanpun berbahasan cinta, dan cinta itu satu muara cintaNya. Selama ini, masih hanya dia, seseorang yang aku begitu kagum atas keshalehahannya.. (Meskipun, tetap saja, sesempurnanya manusia tetap dengan segala kelebihan dan kekurangan).
Ajari aku untuk menjadi sepertimu...
Sungguh, bidadari itu terpancar dari matamu...
*CC : dari Hansho untuk Alsho

-Masih edisi merindu, ya, meskipun dekat, ternyata kesempatan kami bersua sedikit lama hampir tak pernah ada-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar