Part
1
Aq
menunggumu dengan harap-harap cemas,
Menikmati
setiap detik waktu yang tiada henti berputar,
Sejenak,
merengkuh kembali aktivitas,
Akankah
nanti aku bisa bersamamu?
Mempersembahkan
kemampuan terbaik yang kupunya,
Karena
kau yang kucinta dan kau yang kupinta, Kampus
STAN, bisakah kau menerimaku 29 September nanti?
Tulisanku, ketika untuk kedua kalinya mencoba mengikuti ujian
masuk STAN, perguruan tinggi yang begitu banyak didambakan, termasuk aku. Tetapi
di bawahnya, berjeda beberapa baris, sudah tertera tulisanku yang lain,
Terjawab
sudah, kita memang tak ditakdirkan bersama,
Biarlah,
ketika memang kuharus di sini,
Yakinlah,
karena semua terjadi dengan rencanaNya yang sempurna :)
Artinya, cemasku sudah berganti, ikhlas dan penerimaan
kenyataan. Dua kali mencoba, dan untuk kedua kalinya pula aku gagal. Iya,
kesempatanku menuntut ilmu memang tak di sana. Tetapi di sini, aku belajar “manusia”
dan “perilaku” nya. Ilmu yang sebenernya dari awal tertarik untuk kupelajari
(selain matematika tentu). Ilmu yang sangat berguna, dan terus terpakai
sepanjang waktu. Karena, kehidupan kita, selalu dan pasti berhubungan dengan
makhluk bernama manusia. Berjeda beberapa baris, ada sebuah tulisan lain,
bukan, jelas bukan aku yang menuliskannya.
Subhanallah..
Hanya
pujian terindah untuknya yang terungkap,
Setiap
kutatap bola matamu yang teduh,
Kuiri
dengan segala keistimewaan yang Dia beri untukmu,
Banyak
hal istimewa yang ada dalam jiwamu,
Tersirat
lewat kata yang kau eja,
Hadirmu
yang apa adanya,
Selalu
berusaha tuk mengerti aq yang penuh cela,
Sahabat..
Kau benar.. Semua yang terjadi selalu dengan rencanaNya yang sempurna..
Haa, rupanya salah satu sahabat
terbaikku mendapati kertas itu. Dan begitulah, dia menjawab catatan pendekku
dengan kerendahan hatinya.
Part
2
Rasa
yang terdiaspora,
Mengalun
indah,
Hadirkan
harap, tapi selalu saja,
Membawa
sebutir racun yang membinasakan iffah,
Entahlah,
Kuberusaha
tak ingin tau,
Meski
perlahan semakin mengikis keraguanku,
Ya,
hanya perlu kutanam kembali,
Hadirkan
sejatinya sang pemilik cinta di hatiku, Mahanya
Maha,
Agar
semua tak kian bersemai, Agar
yang nampak indah bukanlah dunia,Agar
mutiara itu tak hilang cahay anya, Hingga
saat terindah itu tiba, Dalam
dekap cintaMu Ya Rabb,
Sepertinya, kala itu aku sedang
galau (bahasa sekarang) dan aku menulis begitu saja. Lagi-lagi dibawahnya,
terdapat tulisan lain, tentu saja bukan aku yang menuliskannya.
Dan
kita saling mendoakan kawan,
Berdoa
dengan keyakinan sepenuhnya,
Agar
semua tak kian bersemai,
Agar
yang nampak indah bukanlah dunia,
Agar
mutiara itu tak hilang cahayanya,
Hingga
saat terindah itu tiba,
Dalam
dekap cintaNya, Maha Segala Maha
Aq
terharu.
-Ruang
cinta ’11 Okt ‘11-
Indahnya
waktu dzuha
Siapa lagi? Masih sama, jawaban yang
datang dari sahabat terbaikku atas catatan pendek yang kutulis. Jawaban penuh
doa.
Part3
Assalam,
Khawatir
klo sms g sampe ^_^
Hanif
sholihah, af1, seharusnya aq yang bersegera menyempatkan ke kosmu, hehe
Ni
helmnya, jzk khrn katsir y..
Af1
Nif ni ada 2 bungkus togo, untukmu n 1 nya tlg sampein ke Wiwit ^_^
Sungguh
pahit sebenernya kukatakan ini, tapi inilah kenyataan, hhe
*sok
dramatis
...bla
bla bla..
Surat yang kudapati begitu masuk
kamarku. Tidak ada siapapun. Ya, surat yang datang dari sahabat terbaikku yang
menyempatkan berkunjung sebelum aku pulang (kamarku memang jarang sekali
dikunci, siapapun temanku bisa masuk). Surat apa itu? Entahlah, tapi aku
terharu membacanya.
Part4
Kalau
hanya berbuat baik,
Setiap
kita mungkin bisa melakukannya,
Yang
sulit adalah,
Bagaimana
kita cinta dg kebaikan,
Lalu
membuktikannya dg
Menyeru
pd kebaikan,
Mengajak
ke arahnya
(QS
An Nahl:125)
Karena
kita, tak ingin di surga sendirian :)
Sebuah undangan yang dibuat oleh
sahabat terbaikku, untuk disampaikan ke adik-adik juga kawan-kawan seperjuangan
kami di fakultas. Nasehat dan makna.
***
Ini tentang sahabat terbaikku.
Benar-benar sahabat terbaikku. Karena sahabat itu, selalu membawa kita pada
jalan kebaikan. Dia yang lembut tutur katanya. Sopan perilakunya. Percaya diri,
namun tetap membatasi. Cintanya dg Al Qur’an luar biasa. Shalatnya selalu
di awal waktu dan mencari kesempatan berjama’ah. Hidupnya selalu seputar cinta,
apapun itu harus dengan cinta, yang dikatakanpun berbahasan cinta, dan cinta
itu satu muara cintaNya. Selama ini, masih hanya dia, seseorang yang aku begitu
kagum atas keshalehahannya.. (Meskipun, tetap saja, sesempurnanya manusia tetap
dengan segala kelebihan dan kekurangan).
Ajari aku untuk
menjadi sepertimu...
Sungguh, bidadari itu
terpancar dari matamu...
*CC : dari Hansho untuk Alsho
-Masih
edisi merindu, ya, meskipun dekat, ternyata kesempatan kami bersua sedikit lama
hampir tak pernah ada-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar