Awal Weefha
Tilinili
11.05
0 Comments
16 Maret, hari pertama siswa belajar di rumah, tapi seluruh educator
masih masuk. Hari-hari berikutnya, kami masuk bergantian. Seminggu
kemudian, full semua educator melakukan pembelajaran dari rumah
masing-masing. Masa pandemi seperti saat ini, Madrasah tempat saya mengajar
terbilang awal mengeluarkan surat edaran untuk meliburkan siswa-siswa beserta
gurunya. Eh, bukan libur, bukan. Belajar di rumah. Bukan hal mudah bagi kami
(lebih tepatnya saya ding) menjalani keadaan seperti ini. Sebagai educator, yang Alhamdulillah
difasilitasi Madrasah untuk beradaptasi dengan cepat, menjalani ritme yang jauh
berbeda dari sebelumnya. Pembelajaran berganti melalui video yang diunggah
melalui channel youtube, bertemu muka briefing
alias meeting melalui zoom, stay
melayani per-online nan whatsapp grup kelas sedari pukul 09.00-17.00,
nge-submit daily report melalui google form tiap sore, daaaaannn disamping itu,
karena kerja dari rumah, artinya di saat yang sama saya merangkap sebagai
seorang istri, dan ibu.
Bosan? Tentu. Berkali-kali saya
punya niat untuk mudik kampung halaman (mudik atau pulang kampung yaa?), tapi
setelah mempertimbangkan banyak hal, urung. Berkali-kali mengajak keluar suami
hanya sekedar berkendara sepeda motor, mengelilingi jalanan, tanpa singgah
kemana-mana. Berkali-kali kami meributkan hal-hal yang tidak penting, soal
manajemen waktu yang bagiku amburadul banget. Berkali-kali, bertanya dan
menebak-nebak sampai kapan keadaan seperti ini akan berakhir (tapi tak
terjawab).
“Sabar”. Pada akhirnya
kata itulah yang kemudian keluar sebagai jurus pamungkas. Bisa jadi, saya
sering berharap untuk kembali ke rutinitas mengajar seperti biasa, namun bagi
mereka yang masih harus berangkat bekerja, mungkin justru sebaliknya.
Menginginkan berkerja di rumah karena lebih aman, dan tidak lagi was-was.
Karena, keluar rumah berarti lebih rentan tertular. Itupun masih harus
bersyukur, masih bekerja. Banyak di luar sana yang sedang bingung harus
bagaimana karena mereka menjadi korban PHK, ataupun usaha kecil lain yang
terdampak dan harus off sementara.
Kita semua berproses, kita semua akan menjadi lebih baik. Yakini saja.
Positifnya, Rara fulltime bersama emak-bapaknya |