Follow Us @whanifalkirom

Kamis, 23 April 2020

Awal Weefha

11.05 0 Comments
16 Maret, hari pertama siswa belajar di rumah, tapi seluruh educator masih masuk. Hari-hari berikutnya, kami masuk bergantian. Seminggu kemudian, full semua educator melakukan pembelajaran dari rumah masing-masing. Masa pandemi seperti saat ini, Madrasah tempat saya mengajar terbilang awal mengeluarkan surat edaran untuk meliburkan siswa-siswa beserta gurunya. Eh, bukan libur, bukan. Belajar di rumah. Bukan hal mudah bagi kami (lebih tepatnya saya ding) menjalani keadaan seperti ini. Sebagai educator, yang Alhamdulillah difasilitasi Madrasah untuk beradaptasi dengan cepat, menjalani ritme yang jauh berbeda dari sebelumnya. Pembelajaran berganti melalui video yang diunggah melalui channel youtube, bertemu muka briefing alias meeting melalui zoom, stay melayani per-online nan whatsapp grup kelas sedari pukul 09.00-17.00, nge-submit daily report melalui google form tiap sore, daaaaannn disamping itu, karena kerja dari rumah, artinya di saat yang sama saya merangkap sebagai seorang istri, dan ibu.
Bosan? Tentu. Berkali-kali saya punya niat untuk mudik kampung halaman (mudik atau pulang kampung yaa?), tapi setelah mempertimbangkan banyak hal, urung. Berkali-kali mengajak keluar suami hanya sekedar berkendara sepeda motor, mengelilingi jalanan, tanpa singgah kemana-mana. Berkali-kali kami meributkan hal-hal yang tidak penting, soal manajemen waktu yang bagiku amburadul banget. Berkali-kali, bertanya dan menebak-nebak sampai kapan keadaan seperti ini akan berakhir (tapi tak terjawab).
Sabar”. Pada akhirnya kata itulah yang kemudian keluar sebagai jurus pamungkas. Bisa jadi, saya sering berharap untuk kembali ke rutinitas mengajar seperti biasa, namun bagi mereka yang masih harus berangkat bekerja, mungkin justru sebaliknya. Menginginkan berkerja di rumah karena lebih aman, dan tidak lagi was-was. Karena, keluar rumah berarti lebih rentan tertular. Itupun masih harus bersyukur, masih bekerja. Banyak di luar sana yang sedang bingung harus bagaimana karena mereka menjadi korban PHK, ataupun usaha kecil lain yang terdampak dan harus off sementara. Kita semua berproses, kita semua akan menjadi lebih baik. Yakini saja.

Positifnya, Rara fulltime bersama emak-bapaknya