Ahad sore tiga pekan yang lalu, saya berangkat dari rumah menuju Jogja.
Sebelum memasuki perbatasan Purworejo-Jogja, saya melaju cukup pelan, karena
jalan yang relatif sempit, sementara bus antar kota dari arah berlawanan seringkali
berkecepatan luar biasa, saling menyalip menghabiskan ruas jalan. Hati-hati,
dan aman seperti biasa.
Di tengah perjalanan, saya menjumpai kegiatan karnaval jalan (entah dalam
rangka apa) yang barisannnya sangat panjang, sehingga menimbulkan kemacetan.
Ada suara-suara aneh dari sepeda motor saya, apalagi seringnya rem dan gas
bekerja. Hingga bunyi semakin nyaring, dan tiba-tiba motor mati, tidak lagi
bisa distarter. Baiklah.
Saya menepi, tidak beranjak hingga karnaval selesai, dan jalanan mulai lengang, toh sedang tidak shalat pun. Maghrib sudah
lama berlalu. Tadi, orang-orang bilang, bengkel masih sangat jauh, apalagi ahad
banyak yang tutup (dan sudah sore). Tapi, tidak ada solusi lain, selain mulai
bergerak mencari bengkel bukan? Tidak sejauh yang saya bayangkan,
Alhamdulillah.
Obrolan demi obrolan mulai tercipta dengan Si Bapak yang menjaga bengkel.
Ternyata beliau berasal dari kecamatan yang sama dengan saya. Hingga Bapak
selesai memperbaiki motor, dan saya hendak berterimakasih membayar, beliau
berkata “Bayar olinya saja Mbak”. “Total berapa Pak?”.
“Tidak usah Mbak, saya cuma mau bantu. Semoga Mbaknya nanti kapan-kapan
datang ke sini lagi, bukan karena macet, tapi karena silaturahim, mampir
bersaudara Ya Allah, Si Bapak ini, terimakasih banyak”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar