Follow Us @whanifalkirom

Sabtu, 25 Januari 2014

Tingkatan 'Menunggu'

Menunggu dosen, kurang lebihnya sama dengan murid menunggu gurunya datang ke kelas. Sebagian ada yang kecewa, namun sebagian lain (mungkin sebagian besar) justru senang tatkala tahu guru akan terlambat, bahkan tidak hadir sekalipun. Bersorak.

Menunggu teman saat janji bertemu. Tidak terlalu masalah, meskipun perjanjian nanti pada jam sekian, tapi tetap saja ada embel-embel “kalau udah hampir sampai hubungi lagi ya” atau “ni, aku berangkat, kamu juga siap-siap berangkat”. Masih bisa diakali laah, biar proses menunggu itu tidak terlalu lama.

Menunggu teman lain saat rapat. Sebagian ada yang acuh-acuh saja, yang penting rapat tetap dimulai tepat waktu. Terlambat dan tertinggal informasi itu urusan mereka. Namun, lain cerita jika yang ditunggu adalah orang dengan posisi penting dalam rapat. Juga, lain cerita jika kita adalah satu-satunya orang yang datang tepat waktu (bagaimana mau memulai sendiri?). Sebel tertolerir, masih bisa menghujam pertanyaan lewat sms / telepon “Sampai mana?” “mohon hadir secepatnya, sudah ditunggu”, dan bla bla.

Menunggu dimulainya acara. Jelas sekali, undangan / publikasi tertera pukul 08.00 – 11.30. Namun ternyata, seringkali waktu yang tertera merupakan satu jam sebelum acara dimulai. Alasan populer “toleransi waktu bagi yang sengaja datang terlambat”. Nah, lama-lama semua orang tahu juga, jika aturan mainnya begitu. Lalu? Semakin molor dech acara, yang menunggu anteng-anteng aja, selama snack, gadget, temen ngobrol, atau hiburan lainnya tersedia. Bagi yang tidak? Entahlaah.

Menunggu angkutan umum. Ini melibatkan faktor ‘keberuntungan’. Bisa jadi baru beberapa menit menunggu, angkutan sudah nampak lewat di depan mata. Tapi, terkadang berjam-jam berdiri di tepian jalan raya, angkutan yang ditunggu tak kunjung datang. Ditambah lagi masih ada acara ‘ngetem’ menunggu penumpang berlama-lama. Sayangnya, mau bagaimana lagi? Menggerutu, merubah mood (Pernah sampai nangis saya, Jogja-Rumah memakan waktu 7 jam).

Menunggu datangnya kabar baik (nilai keluar, lulus seleksi sekolah / pekerjaan, menang kompetisi / lomba, dll). Sebagian orang, akan mengingat tanggal di setiap harinya sambil menenangkan diri ‘sekian hari lagi’. Sebagian lain justru terkadang lupa jika sedang menunggu. Namun yang pasti, beberapa saat sebelum kabar itu akhirnya datang, jantung mendadak deg-degan, dan permohonan do’a semakin banyak terucapkan.

Nah ini, menunggu yang paling istimewa. Menunggu pasangan hidup. Tanpa tahu kapan datangnya, tanpa tahu siapa dia sesungguhnya, tanpa tahu tempat pertemuan pastinya. Menarik bukan? Karena itulah, tidak sama dengan menunggu dosen datang, tidak sama dengan menunggu teman janji, tidak sama dengan berbagai hal menunggu lainnya. Menunggu yang ini akan melahirkan berbagai macam rasa (sedih suka kecewa bahagia, bisa jadi) , juga melahirkan berbagai macam cerita (tak terduga, bisa jadi).

Untuk semua proses menunggu, bersabarlah... Semua akan indah pada waktunya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar