Adalah menjadi kewajiban seorang muslim
untuk hidup dalam jamaah. Sebagaimana Allah berseru dalam firmanNya “Dan
hendaklah ada di antara kalian segolongan orang yang mengajak kepada kebaikan
dan memerintahkan yang makruf dan mencegah yang munkar, dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung” (Q.S Ali Imran : 104). Disinilah Allah mengajarkan
kepada kita dengan sepotong kalimatNya “segolongan orang” yang berarti “segolongan
umat” atau “segolongan jama’ah”. Ya, amar makruf nahi munkar merupakan
kewajiban mutlak bagi setiap individu dalam sebuah jama’ah, individu umat.
Pastinya, ada banyak alasan mengapa Allah
mewajibkan kita berjama’ah. Selalu ada makna kebaikan dibalik perintah yang Ia
sampaikan. Untuk kita sebagai individu, untuk kita sebagai manusia sosial,
untuk kita sebagai manusia beragama, sudah pasti untuk tegak kebenaran islam
pastinya. Sebagai umat islam, tentu saja tidak lepas dari kehidupan Rasulullah
saw. Sosok pribadi agung yang tiada hentinya harus kita teladani. Bagaimana kehidupan
sehari-hari, pun bagaimana kehidupanya dalam mengemban dakwah. Beliau yang selalu berjuang dari awal,
bermula membina, mengukuhkan, juga memperkuat kelompok yang kelak turut serta
bersatu dalam perjuangannya. Tanpa lelah terus menyeru, hingga Allah
mempertemukan dengan sekelompok orang dari suku Aus dan Khazraj. Merekalah,
yang akhirnya menjadi pejuang, dengan segenap tenaga membela dakwahnya.
Demikianlah Rasulullah, melalui metode berjama’ah beliau berdakwah. Tidakkah
kita layaknya mengikuti jejak beliau?
Ya, hidup dalam jama’ah adalah rahmat. Allah
menegaskan melalui firmanNya “Dan jika Tuhanmu menghendaki niscaya Dia
menjadikan manusia umat yang satu, akan tetapi mereka selalu berselisih.
Kecuali orang yang dirahmati Tuhanmu, dan demikianlah Dia menciptakan
mereka....” (Q.S Hud : 118 – 119). Hanya dengan rahmat dariNya lah manusia
dilindungi dari perpecah belahan juga dilindungi dari sebuah perselisihan.
Sederhana saja, bukankah sekedar hubungan yang kurang baik saja mendatangkan
berbagai ketidaknyamanan, apalagi jika yang terjadi adalah perselisihan
dimana-mana?
Dalam jama’ah, disanalah kebaikan
terhimpun. Karena, persaudaraan yang hakiki, ada sebuah interaksi untuk saling
mengingatkan antar sesamanya. Memahami baik, tolong menolong hanyalah dalam
kebaikan dan ketakwaan. Mengerti sepenuhnya, hakekat ‘nahi munkar’ adalah
dengan tidak membiarkan saudaranya terjerumus dalam perilaku yang tidak sesuai
dengan aturan Al Qur’an dan sunnah rasulnya. Firman Allah dalam Q.S Ali Imran :
103 “Dan berpegang teguhlah kamu kalian kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah kepada kalian
tatkala bermusuh-musuhan, maka Dia satukan hati-hati kalian hingga jadilah
kalian bersaudara dengan nikmatNya dan kalian berada di tepi jurang api neraka
lalu Dia menyelamatkan kalian darinya, demikianlah Allah menjelaskan kepada
kalian ayat-ayatNya agar kalian mendapat petunjuk”.
Dalam jama’ah, disanalah pertolongan Allah
tiada diragukan. Jelas sekali Allah memberikan aturan main kepada umat manusia
“Jika kalian menolong agama Allah, maka dia akan menolong kalian dan
mengokohkan pendirian kalian” (Q.S Muhammad : 7). “Dan janganlah kalian
berselisih, maka kalian akan gagal dan akan lenyap kekuatan kalian” (Q.S Al
Anfal : 46). Itulah salah satu bukti sebuah keadilan, ada balasan baik atas
amalan baik. Begitu juga, sebaliknya. Semoga kita menjadi salah satu diantara
sekian yang istiqomah membela agamanya. Aamiin.
Dalam jama’ah, disanalah terbangun pagar
kokoh yang melindungi kebenaran. Dalam
sebuah hadits dikatakan “Sesungguhnya Allah menjamin umatku bersepakat /
berjama’ah dari kesesatan”. Juga dalam jama’ah, disanalah kekuatan berpadu
menjadi kemenangan. Banyak sekali peng-ibaratan yang kita tahu, sapu lidi jika
tiap tangkai kita lepaskan, lantas kita patahkan, mudah sekali. Namun, tidak
lagi mudah begitu kita satukan dalam satu genggaman. Pepohonan, bahkan tidak
gentar dengan terpaan angin besar yang menumbangkan, karena tahu persis akarnya
tumbuh kuat menghujam ke dalam, batangnya kokoh menyangga beban, pula daun
dahannya justru memberi irama begitu angin berhembus dengan suara ributnya.
*Kurang lebihnya
mungkin begitu. Dari beberapa sumber juga catatan sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar