Saudariku,
Mari mengenal mereka,
Ibunda kita,
Wanita-wanita terbaik,
Para ibu yang turut serta memancarkan fajar islam,
Guru – guru teladan,
Penyemai kehormatan, peraih kemuliaan, tegak kokoh bersama
kebenaran,
Ya, mereka-mereka wanita yang dirindukan surga,...
KHADIJAH BINTI KHUWAILID
Beliau adalah Ummu Al-Qasim binti Khuwailid bin Asad bin Abdul
‘Uzza bin Qushai bin Kilab. Lahir dari seorang ibu bernama Fatimah bin Za’id,
di Makkah pada tahun 556 Masehi. Menikah dengan Abu Halah bin Zurarah At-Tamimi
(meninggal) lalu menikah lagi dengan ‘Atiq bin ‘Abid bin Abdullah bin Umar bin
Makhzum. Menjadi seorang janda, kemudian menikah dengan Rasulullah saw. pada
usia 40 tahun sebagai istri pertama sekaligus pemberi keturunan kepada beliau.
Beliau adalah seorang saudagar kaya raya yang dermawan, cerdas,
berpikiran matang, dan pandai menjaga kehormatan. Mendapat gelar Ath-Thahirah, yang berarti
wanita suci.
Beliau adalah ibunda para mukminin, ibunda dari segala
kemuliaan. Wanita pertama yang masuk islam, orang pertama yang shalat bersama
Rasulullah saw. Wanita pertama yang mendapat jaminan akan masuk surga. Manusia
pertama yang mendapat salam dari Tuhannya. Subhanallah..
( Diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra.: Jibril
datang kepada Nabi Saw. dan berkata :
“Wahai Rasulullah, ini dia Khadijah, datang kepadamu dengan membawa makanan.
Jika dia sampai, sampaikan salam dari Tuhannya (Allah) dan salam dariku, dan
berikan kabar gembira untuknya tentang tempatnya di surga yang terbuat dari
Qasab, di mana tidak akan ada keributan ataupun masalah di sana.” (HR.
Bukhari) )
Beliau yang mendapat rambu-rambu dari Allah, melalui mimpi dalam
lelapnya di suatu malam. Bahwa da matahari besar yang turun perlahan dari
langit kota Makkah dan berhenti tepat di atas rumahnya. Saat malam
berganti pagi, bergegas datang kepada Waraqah bin Naufal (Sepupu Khadijah),
menceritakan mimpi yang dialaminya. Waraqah dengan berwibawa menjawab “Berbahagialah
wahai sepupuku. Seandainya Allah benar-benar membuat mimpimu menjadi kenyataan,
maka cahaya kenabian akan masuk ke rumahmu. Dan darinya, akan terpancar cahaya
risalah nabi terakhir”.
Beliau yang bijaksana, sehingga dengan hatinya ia menjatuhkan
pilihan kepada Rasulullah sebagai teman hidup. Laki-laki yang saat itu miskin,
namun kemuliaan hati dan kebaikan sifat yang terpancar memberikan keyakinan
kepada Khadijah untuk melamarnya. Melalui seorang sahabat karib, Nafisah binti
Munabbih, datang kepada Muhammad dan berkata “Wahai Muhammad, apa yang
mengahalangimu untuk segera menikah?” Muhammad menjawab, “Aku tidak
memiliki bekal (harta) untuk menikah” Nafisah berkata, “Bagaimana jika
masalah harta tidak dianggap menjadi masalah dan ada yang menawarkan kepadamu
kekayaan, kecantikan, kemuliaan, dan kesetaraan. Apakah engkau mau menikahinya?”
Dengan penuh keheranan, Muhammad bertanya, “Siapa Dia?” Nafisah langsung
menjawab, “Khadijah binti Khuwailid” Muhammad kemudian berkata, “Seandainya
dia benar-benar menawarkan hal itu kepadaku, tentu aku akan menerimanya”.
Tentu saja, menikahlah beliau dengan Muhammad saw, pernikahan yang berkah.
Beliau yang selalu mengutamakan orang lain. Tatkala tahu bahwa
Rasulullah saw sangat menyukai zaid bin Haritsah, maka ia segera menghibahkan
Zaid kepadanya. Tatkala Halimah datang kepada Rasulullah dengan segala keluhan,
dengan senang hati ia berikan 40 ekor kambing dan seekor unta untuk membawa
air, serta memberi perbekalan yang cukup hingga Halimah sampai di kampung
halaman.
Beliau, istri mulia yang setia mendampingi dakwah Rasulullah saw
selama hampir setengah abad. Bermula turun wahyu pertama, yang membuat
Rasulullah ketakutan. Kemudian ia menenangkan hatinya dari gelisah, memberinya
kenyamanan saat gundah, mengingatkan kebaikan yang selama ini dilakukannya,
menegaskan bahwa Allah tak mungkin menghinakan dengan peristiwa itu. Bertekad
tetap tegar dalam menghadapi segala rintangan, membela dari musuh-musuh, siap
sepenuh hati turut merasakan penderitaan dan kesusahan. Memilih membersamai
Nabi dengan meninggalkan status kaya raya dan kehidupan mewahnya. Sanggup
kehilangan kemewahan dan kenikmatan hidupnya untuk terkorbankan membela islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar