Follow Us @whanifalkirom

Senin, 03 Februari 2014

Cinta Kiti dan Kite

Semenjak tiadanya tingteng dan pingpong (kelinci) beberapa bulan lalu, kami tak punya piaraan lagi. Hanya menyisakan sangkar yang tak terpakai, serta foto-foto lucu mereka. Tapi kini, entah dari mana datangnya bayi-bayi kucing mulai berkeliaran bebas di dalam kosku. Sudahlah, saatnya mereka punya nama. Alhasil, tanpa pikir panjang, aku memanggilnya Kiti, Kito, dan Kite. Dan tak tahu juga bagaimana muasalnya, tapi teman-temanku bilang mereka (kucing-kucing) itu adalah anakku. Ckck
Rupanya, Kiti dan Kite mulai terlibat cinta lokasi. Di suatu malam, salah satu teman kos terkaget-kaget. Begitu melihat di ujung tembok, Kiti dan Kite tidur bersama berdekatan, sangat pulas. Jelas saja, temanku menyimpan tanya “kapan masuk kamarnya?”
Dimana ada Kiti, di situ ada Kite. Selalu begitu. Jalan bersama, tidur bersama. Saling mengusap kepala, saling menunggui saat makan. Terkadang, aku juga tak begitu faham dengan aktivitas mereka. Lompat-lompat berkejaran,  Kite panjat pohon lalu Kiti menyusulnya.
Hingga senja itu, aku dan temanku masih terpaku dengan kemesraan mereka. Sesekali berucap “cie-cie”, terlupa mereka adalah kucing-kucing liar, menganggap layaknya mereka adalah dua orang yang sedang jatuh cinta dan berharap sadar kita sedang mengganggunya. Dengan masih tak henti memandang, temanku tiba-tiba saja berkata “Tuh kaan, kucing aja pacaran, masak kita nggak?” Dalam hati kujawab “Emang kamu mau kayak kucing?”. *teeeet
Ini Kiti... Tumben banget ni dia sendiri
                                             Ini Kiti :) Tumbenan lagi sendiri :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar