Semenjak tiadanya tingteng dan pingpong (kelinci) beberapa bulan lalu, kami tak punya piaraan lagi. Hanya menyisakan sangkar
yang tak terpakai, serta foto-foto lucu mereka. Tapi kini, entah dari mana
datangnya bayi-bayi kucing mulai berkeliaran bebas di dalam kosku. Sudahlah,
saatnya mereka punya nama. Alhasil, tanpa pikir panjang, aku memanggilnya Kiti,
Kito, dan Kite. Dan tak tahu juga bagaimana muasalnya, tapi
teman-temanku bilang mereka (kucing-kucing) itu adalah anakku. Ckck
Rupanya, Kiti dan Kite mulai terlibat cinta
lokasi. Di suatu malam, salah satu teman kos terkaget-kaget. Begitu melihat di
ujung tembok, Kiti dan Kite tidur bersama berdekatan, sangat pulas. Jelas saja,
temanku menyimpan tanya “kapan masuk kamarnya?”
Dimana ada Kiti, di situ ada Kite. Selalu
begitu. Jalan bersama, tidur bersama. Saling mengusap kepala, saling menunggui
saat makan. Terkadang, aku juga tak begitu faham dengan aktivitas mereka.
Lompat-lompat berkejaran, Kite panjat
pohon lalu Kiti menyusulnya.
Hingga senja itu, aku dan temanku masih
terpaku dengan kemesraan mereka. Sesekali berucap “cie-cie”, terlupa mereka
adalah kucing-kucing liar,
menganggap layaknya mereka adalah dua orang yang sedang jatuh cinta dan
berharap sadar kita sedang mengganggunya. Dengan masih tak henti memandang,
temanku tiba-tiba saja berkata “Tuh kaan, kucing aja pacaran, masak kita
nggak?” Dalam hati kujawab “Emang kamu mau kayak kucing?”. *teeeet
Ini Kiti :) Tumbenan lagi sendiri :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar