Follow Us @whanifalkirom

Senin, 29 Desember 2014

Surat Cinta Untuk Saudariku

Yogyakarta, Ruang Cinta,
27 Desember 2014, dini hari

Teruntuk saudariku, sahabatku
Husnul Khotimah Alfitry
Saudariku,
Aku yakin, sungguh tidak ada kebetulan yang terjadi di dunia ini. Bahkan sebuah kebetulan kecil yang sangat kebetulanpun, Allah simpankan hikmah bagi sesiapa mereka yang mampu menjalaninya dengan segenap syukur dan pemahaman. Apa yang kita lalui, siapa mereka yang kita temui, dan bagaimana terjalnya hari yang kita lewati, ialah menjadi bagian tarbiyah Allah kepada kita, manusia-manusia yang hanya sanggup merunduk dalam doa-doa khusyuk padaNya..

Saudariku,
Adalah sebuah pertemuan yang Allah skenariokan begitu indah. Hari dimana kau tersenyum, menegurku dengan sapaan lembutmu. Hari dimana engkau pertamakalinya mengucapkan salam di depan kamarku, dengan begitu anggun mengenakan gamis birumu. Hari dimana kita mengelilingi sudut pusat perbelanjaan kota Jogja, Yang orang pasti mengenal namanya, Malioboro, untuk mencari selembar kerudung putih untukmu. Hari dimana kita berdua, salah mengetuk ruang kuliah, dan kemudian berbalik dengan wajah-wajah malu nan lugu. Iya. Awal-awal perjumpaan kita. Masihkah kau mengingatnya?

Saudariku,
Adalah sebuah rencana yang Allah hadirkan begitu istimewa. Dalam banyak kesempatan, Ia berikan ruang untuk kita tapaki bersama memperjuangkan agamaNya. Mempersatukan kita dalam lingkaran cinta yang tiada akhir penjagaan ukhuwahnya hingga kelak kekal di surgaNya (Aamiin). Bersama menyelaraskan kewajiban, duduk melingkar sore hari di taman, bincang-bincang singkat untuk serangkaian agenda dakwah di fakultas kecil kita tercinta. Bersama memadupadankan seluruh ide-ide cemerlang bersamaan dengan motivasi cintamu yang menggerakkan hati-hati untuk berpaut dalam semangat ketaatan. Dakwah adalah cinta, dan cinta akan memintamu segalanya. Ah, aku hanya tertunduk malu, sungguh perjuanganku tak berbanding dengan perjuanganmu,..

Saudariku,
Adalah sebuah garis takdir yang Allah berikan begitu sempurna. Ada saat dimana aku mengingat perjalanan cintamu dengan senyum penuh haru. Betapa Allah menyayangimu, menempa rasa dalam episode-episode untuk kau ambil pelajaran di setiap prosesnya. Sedari cinta semu bak remaja yang dirundung setangkup rindu hingga cinta semu yang engkaupun mulai meragu. Pada akhirnya, cinta itu, engkau sendiri mungkin tak kuasa memberikan definisinya. Karena hidup adalah cinta, dariNya, karenaNya, untukNya…  Ada pula saat dimana aku mengingat kebersamaan kita dengan senyum rindu. Tentang pemberian nama-nama anak kita kelak. “Azzam Izzul Haq”. “Azzam Mujahid Izzul Haq”. Tentang Farhat, adikmu, calon mujahid tangguh itu. Tentang kakak-kakak teladan kita. Tentang, bangun dari mimpi-mimpi dan sekaranglah, kita benar-benar memulai hidup kembali…. Ah, Ada begitu banyak kenangan antara kita yang kusimpan dengan rapi..

Saudariku,
Dan saat ini, setelah empat tahun lebih aku mengenalmu,  sungguh aku menghela, tersenyum syukur dan begitu bahagia. Pada akhirnya, Allah menjawab doa-doa dalam penantian panjangmu. Allah pertemukan dengan sahabat dakwahmu, yang akan meniti jalan bersama sebagai pejuang agamaNya.
Barakallahulaka Wa Baraka ‘Alayka Wa jama’a baynakuma fi khoir….
Semoga Allah limpahkan keberkahan dan kebaikan dalam rumah tangga kalian :) Keluarga yang menjadi inspirasi dan dipenuhi cahaya Qur’an :) Keluarga yang penuh dengan kebermanfaatan :) Lahirkan jundi-jundi sholih-sholihah yang menjadi penyejuk mata orangtuanya.. Lahirkan mujahid-mujahidah yang tegak di barisan depan dalam mempertahakan kebenaran.. Aamiin Yaa Robbal ‘Alamin….
Dariku, yang banyak belajar darimu, Wahyu Hanif Al Kirom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar