Seseorang
berkata “Sebenarnya aku asing dengan semua rutinitas disini”. Aku
menjawab “Begitu juga denganku”. Mungkin, keadaan yang sama menjadikan
lebih terbuka bukan? Ia melanjutkan “Kenapa setiap pagi harus membaca
yaasiin, bukan yang lain?” Aku menjawab “Sama sejujurnya aku juga tak
mengerti, tapi aku hanya modal yakin yaasiin adalah surat dalam Al Qur’an,
membacanya adalah sebuah kebaikan”. Jelas-jelas jawaban orang bodoh dan
dangkal ilmu sih.
Masalah-masalah
perbedaan dalam menjalankan rutinitas keagamaan memang tak pernah habis masa.
Sebagai orang yang ‘ngikut sana-sini selama saya rasa masih oke-oke saja’
rasanya malu yaa tak tahu menahu asal sebab muasalnya begini dan begitu. Kita
memang sekehendak memilih, tapi tentu memilih dengan dasar bukan?
Baiklah,
ketika aku melihatnya keukeuh dengan Al-Ma’tsuratnya disaat yang lain membaca
Yaasiin, aku lebih memilih ikut membaca yaasiin (dengan tetap membaca
al-ma’tsurat di lain waktu-kalau sempet :P). Ini bukan soal
‘perbedaannya’ (toh perbedaan mah nggakpapa, yang penting kan nggak saling
menganggap diri paling benar dan menyalahkan yang lain), tapi sebagai evaluasi dengan
begini aku rasa harus banyak menimba. Supaya, kelak nanti, jika dipertemukan
dengan banyak hal lain yang semakin berbeda, semakin arif pula dalam menyikapinya
J
Tujuan akhir kita sama bukan? -_-
#Akhirnya tanya
juga sih sama sahabat dekat yang santri
bangets, dijelaskan banyak hal, termasuk tentang Surat Yaasin yang merupakan
hatinya Al Qur’an. Terimakasih J J
#Jadi inget
lagu “Sentuhlah dia tepat di hatinya, dia kan jadi milikmu selamanya”… (Nah,
mulailah…baper…sudah…stop)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar