"Kalau mengutip ucapan seorang teman, katanya hatinya
terbelah-belah. Tapi kalau perasaanku sekarang sedang teriris-iris".
Kataku, dengan tangan yang sedikit mengepal .
"Aku terkoyak-koyak Mbak". Imbuhnya
"Aku tersayat-sayat wiiiis". Satunya santai
menimpali, dengan senyum. Manis.
Obrolan tanpa tema di suatu sore, diantara kelabu yang kian
menebal di atas langit sana, sebelum akhirnya hujan itu luruh, deras. Obrolan
yang begitu saja terjadi, saat satu diantara kami bertiga, tinggal menghitung
hari untuk menjadi 'genap'.
***
"Mbak itu beneran? (Beneran teriri-iris
maksudnya)". Tanyanya, dengan tatapan heran
"Iyaa. Bener. Pokoknya aku sakit hati".
Sahutku, dengan ketus
"Aku megerti. Aku juga pernah merasakan kok…".
Sambung satunya, dengan senyum, lagi.
Entahlah, sulit mendefinisikan perasaan perempuan lajang yang
hendak ditinggal orang-orang terdekatnya menikah. Bahagia, tapi sesak dalam
dada.
***
"Janjimu banyak yang belum tertunaikan". Kataku
"Huuuaaa, apa semuanya?". Jawab satunya,
menghela
"Ke masjid Klaten. Kencan di masjid saat maghrib tiba,
hingga isya'. Jadi panitia kalau aku yang nikah, dan banyak
lagi". Aku memperjelas
"Aku belum ikhlas sampai kelak kau mencoba merayu suamimu
untuk kemudian bertemu mesra menunaikan janji itu (-Meskipun aku tahu, rayuan
itu tak kan berbuah hasil, meskipun juga jika berhasil justru aku harus
berencana membatalkan-)" Tambahku
Terkadang, ada banyak lagi hal-hal tidak penting menjadi penting
untuk tersampaikan. Meskipun sebenarnya, kesemua itu hanyalah bagian dari
ugkapan untuk tidak ingin kehilangan.
***
Aku menulis sembari tergugu. Hari ini mungkin menjadi kencan
terakhir kita, sebelum statusmu berubah, dan peranmu bertambah. Kamu tentu
menyadari bukan? sepanjang hari aku menggerutu tentang pernikahanmu, bukan
karena benci, justru sebaliknya, karena kita terikat cinta #ehciiee
Menulis ini sambil mendadak sedu. Tetiba Flashback dalam
suasana ramadhan tahun lalu, suatu waktu dalam remang senja di taman masjid
kampus UGM, duduk berdua menunggu adzan tiba, menatap hidangan nasi berbungkus
kertas coklat itu, berbisik kecil menatap lalu lalang orang-orang, kemudian
kita mengudarakan do'a-do'a… #Tidak lagi untuk ramadhan beberapa bulan lagi,
sosok disamping kita adalah orang yang berbeda~
to be continued…
~Menunggu halalmu tiba~
*Judul atas request tokoh utama dari catatan
ini, diambil dari kisah nyata. heheheh
Wah terharu aku mbak sampe meh brebes mili ki
BalasHapus