Follow Us @whanifalkirom

Sabtu, 30 Januari 2016

(Resensi) Hujan

Tentang Persahabatan
Tentang cinta
Tentang perpisahan
Tentang melupakan
Tentang hujan




Sebuah kisah romantis masa depan, tahun 2050. Soke dan Lail. Aah, ini novelnya bikin baper.

“Takdir tanpa perasaan memilih siapapun yang dikehendakinya. Mungkin, keajaiban itu datang melalui pertolongan serta doa-doa dari orang yang tidak kita kenal” #Hal.41
“Kesibukan adalah cara terbaik melupakan banyak hal, membuat waktu melesat tanpa terasa” #Hal.63
“Kamu tahu Lail, tidak ada kabar adalah kabar, yaitu kabar tidak ada kabar. Tidak ada kepastian juga adalah kepastian, yaitu kepastian tidak ada kepastian” #Hal.227
“Hidup ini juga memang tentang menunggu, Lail. Menunggu untuk kita menyadari kapan kita akan berhenti menunggu” #Hal.228
“Orang kuat itu bukan karena dia memang kuat, melainkan karena dia bisa lapang melepaskan” #Hal.228
“…..Tapi dalam banyak hal, kebersamaan tidak hanya dari sapa-menyapa. Jika kamu bersedia memperhatikan wajahnya sekali sajasaat melihatmu, saat  melirikmu, kamu akan tahu, Esok ingin sekali bicara banyak denganmu…” #Hal.247
“Ada orang yang sebaiknya menetap dalam hati kita saja, tapi tidak bisa tinggal dalam hidup kita. Maka, biarlah begitu adanya, biar menetap di hati, diterima dengan lapang. Toh dunia ini selalu ada misteri yang tidak bisa dijelaskan. Menerimanya dengan baikjustru membawa kedamaian” #Hal.255
“Bagian terbaik dari jatuh cinta adalah perasaan itu sendiri. Kamu pernah merasakan sukanya, sesuatu yang sulit dilukiskan kuas sang pelukis, sulit disulam menjadi puisi oleh pujangga, tidak bisa dijelaskan oleh mesin paling canggih sekalipun. Bagian terbaik dari jatuh cinta bukan tentang memiliki. Jadi, kenapa kamu sakit hati setelahnya? Kecewa? Marah? Benci? Cemburu? Jangan-jangan karena kamu tidak pernah paham betapa indahnya jatuh cinta” #Hal.256
“Ada banyak hal yang bisa saling dipahami oleh dua sahabat sejati tanpa harus bicara apapun” #Hal.271
“Lebih baik mendengar kebenaran meski itu amat menyakitkan daripada mendengar kebohongan meski itu amat menyenangkan…” #Hal.288
“Bahwa sebenarnya hanya orang-orang kuatlah yang bisa melepaskan sesuatu, orang-orang yang berhasil menaklukkan diri sendiri. Meski terasa sakit, menangis, marah-marah, tetapi pada akhirnya bisa tulus melepaskan, maka dia telah berhasil menaklukkan diri sendiri” #Hal.299
“Tapi sesungguhnya, bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan” #Hal.308
“Bukan seberapa lama umat manusia bertahan hidup sebagai ukuran kebahagiaan, tapi seberapa besar kemampuan mereka memeluk erat-erat semua hal menyakitkan yang mereka alami” #Epilog. Hal.317

Tidak ada komentar:

Posting Komentar