Follow Us @whanifalkirom

Jumat, 01 Januari 2016

Shalat Mengajari Kita....

#Shalat mengajari kita tentang pengertian hidup yang sebenarnya.

Shalat, dalam sehari lima waktu. Berdiri - takbiratul ihram - ruku’ – sujud - duduk diantara dua sujud – sujud – berdiri – (begitu seterusnya). Mengajarkan kepada kita, bahwa hidup bukanlah bilangan waktu yang berulang melainkan amal yang berulang. Iya, hakikat hidup adalah BERULANGNYA KEBAIKAN.
Lalu, masihkah kita merasa penting dengan sebuah ‘perayaan’? Ulangtahun? Tahun baru? #Jika hanya ikut dalam euforia sejenak, berpesta kembang api, ramai-ramai menghitung  mundur detik waktu hingga tepat tengah malam...
Karena waktu selalu sama. Hari ini, esok, lusa dan seterusnya. Matahari terbit, siang, kemudian terbenam berganti malam. Yang perlu berubah adalah amal-amal dan kebaikan kita. Konsisten dengan yang sudah, melakukan yang lebih, menjadi lebih baik di setiap waktunya.

Sejauh mana definisi ‘kebaikan’ itu? Sudahkah kita termasuk seseorang yang mengerti arti hidup yang sebenarnya?

Iya. Selama apapun yang kita hadapi (meskipun keburukan) dijadikan sebagai sebuah kebaikan. Semisal mendapati cela saudaranya, maka itu adalah sebuah hikmah supaya kita tidak berperilaku sama demikian. Supaya kita tak serta merta mengutuk apalagi membencinya. Namun, menutupi aib dengan diam, memperbaiki celanya dengan santun serta kasih sayang.
Iya. Selama kita lebih memilih kebaikan yang lebih tinggi nilainya. Semisal berhadapan dengan orang yang menghina kita, mana kau akan memilih? Marah, memaafkan, atau memaafkan & membalas dengan sesuatu yang baik. Semisal kau akan memberi, mana kau akan memilih? Memberi oranglain sesuatu yang kita sudah tidak suka, sesuatu yang masih kita suka, atau sesuatu yang paling kita suka. Semisal kau hendak tersenyum, mana kau akan memilih? Senyum dengan orang yang sama ramah pada kita, orang yang diam saja, atau orang yang .menampakkan wajah ‘judes’nya pada kita.

#Shalat mengajari kita tentang hakikat fondasi hidup yang sesungguhnya

Shalat, bermula dengan takbiratul ihram, diiringi ucapan yang agung (Allahu Akbar). Tatapan tunduk pada satu arah, tertuju, fokus, tidak lain tidak bukan hanya Allah muaranya. Mengajarkan kepada kita, bahwa
Sangat penting menjalani hidup dengan penuh rasa takdzim kepada Allah SWT. Sungguh keagunganNya adalah niscaya. Betapa manusia kecil, kerdil, hidup di belantara bumi yang luas, diantara ribuan galaksi yang lebih (dan lebih) luas lagi. Tak layak setitikpun untuk kita, manusia, menyombongkan diri.

Sudahkah kita termasuk seseorang yang memahami fondasi hidup kita?

Iya. Selama kita selalu menganggap besar sesuatu yang berkaitan dengan Allah. Semisal menemui sebuah moment pergantian tahun, mana kau akan memilih? Merayakannya atau bermuhasabah?. Semisal mendengar panggilan adzan saat memasak, mana kau akan memilih? Berhenti kemudian shalat atau melanjutkan memasak (alasan populer : tanggung).
Iya. Selama kita menempatkan Allah diatas apapun. Semisal menata sebuah perasaan kecewa. Mana yang lebih kau kecewakan, tertinggal laju kereta atau tertinggal shalat berjama’ah?

#Shalat mengajari kita tentang orientasi hidup yang semestinya

Shalat. Adakah tempat di bumi yang cocok bagi hati saat sedang shalat? Sungguh tak layak, takbiratul ihram, hatinya jauh berada dibawa keinginan ke suatu tempat, entah perbelanjaan entah wisata, entah rumah. Sungguh tak pantas, takbiratul ihram, hatinya dibawa ke atas sajadah. Menghitung ruas-ruas garis yang tergambar, mengamati kubah masjid yang melengkung. Tidak lain tidak bukan, tempat yang cocok untuk hati hanyalah akhirat. Mengajarkan kepada kita, bahwa Selalu, jadikanlah akhirat sebagai orientasi hidup.

Sudahkah kita termasuk seseorang yang mengetahui orientasi hidup kita?

Iya. Selama apa yang kita lakukan di dunia adalah untuk akhirat. Semisal pada situasi memegang sejumlah uang. Mana kau akan memilih? Menyedekahkan atau bersenang-senang (termasuk merayakan pesta kembang api tahun baru mungkin). Semisal dini hari, kau para pecinta bola, mana kau akan memilih? Menonton sepak bola atau sujud dalam tahajjud. Semisal diwaktu senggangmu, mana kau akan memilih? Membaca Al Qur’an atau meramaikan medsosmu?.
***
Ah, benar-benar masih jauh, sangat teramat jauh.Semoga, tak lelah belajar, meski tertatih menuju kesana :)

Tiba di penghujung tahun,
Yogyakarta, 31 Desemmber 2015
23.20 (Asrama hikaru)

Inspired by Ust.Syatori Abdurrauf dalam Muhasabah Akhir Tahun JIF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar