#Shalat
mengajari kita tentang pengertian hidup yang sebenarnya.
Shalat, dalam sehari lima waktu. Berdiri - takbiratul ihram -
ruku’ – sujud - duduk diantara dua sujud – sujud – berdiri – (begitu
seterusnya). Mengajarkan kepada kita, bahwa hidup bukanlah bilangan
waktu yang berulang melainkan amal yang berulang. Iya, hakikat hidup adalah
BERULANGNYA KEBAIKAN.
Lalu, masihkah kita merasa penting dengan sebuah ‘perayaan’?
Ulangtahun? Tahun baru? #Jika hanya ikut dalam euforia sejenak, berpesta
kembang api, ramai-ramai menghitung mundur detik waktu hingga tepat
tengah malam...
Karena waktu selalu sama. Hari ini, esok, lusa dan seterusnya.
Matahari terbit, siang, kemudian terbenam berganti malam. Yang perlu berubah
adalah amal-amal dan kebaikan kita. Konsisten dengan yang sudah, melakukan yang
lebih, menjadi lebih baik di setiap waktunya.
Sejauh mana definisi
‘kebaikan’ itu? Sudahkah kita termasuk seseorang yang mengerti arti hidup yang
sebenarnya?
Iya. Selama apapun yang kita hadapi (meskipun keburukan) dijadikan
sebagai sebuah kebaikan. Semisal mendapati cela saudaranya, maka itu adalah
sebuah hikmah supaya kita tidak berperilaku sama demikian. Supaya kita tak
serta merta mengutuk apalagi membencinya. Namun, menutupi aib dengan diam,
memperbaiki celanya dengan santun serta kasih sayang.
Iya. Selama kita lebih memilih kebaikan yang lebih tinggi
nilainya. Semisal berhadapan dengan orang yang menghina kita, mana kau akan
memilih? Marah, memaafkan, atau memaafkan & membalas dengan sesuatu yang
baik. Semisal kau akan memberi, mana kau akan memilih? Memberi oranglain
sesuatu yang kita sudah tidak suka, sesuatu yang masih kita suka, atau sesuatu
yang paling kita suka. Semisal kau hendak tersenyum, mana kau akan memilih?
Senyum dengan orang yang sama ramah pada kita, orang yang diam saja, atau orang
yang .menampakkan wajah ‘judes’nya pada kita.
#Shalat
mengajari kita tentang hakikat fondasi hidup yang sesungguhnya
Shalat,
bermula dengan takbiratul ihram, diiringi ucapan yang agung (Allahu Akbar).
Tatapan tunduk pada satu arah, tertuju, fokus, tidak lain tidak bukan hanya
Allah muaranya. Mengajarkan kepada kita, bahwa
Sangat
penting menjalani hidup dengan penuh rasa takdzim kepada Allah SWT. Sungguh
keagunganNya adalah niscaya. Betapa manusia kecil, kerdil, hidup di belantara
bumi yang luas, diantara ribuan galaksi yang lebih (dan lebih) luas lagi. Tak
layak setitikpun untuk kita, manusia, menyombongkan diri.
Sudahkah kita
termasuk seseorang yang memahami fondasi hidup kita?
Iya.
Selama kita selalu menganggap besar sesuatu yang berkaitan dengan Allah.
Semisal menemui sebuah moment pergantian tahun, mana kau akan memilih?
Merayakannya atau bermuhasabah?. Semisal mendengar panggilan adzan saat
memasak, mana kau akan memilih? Berhenti kemudian shalat atau melanjutkan
memasak (alasan populer : tanggung).
Iya.
Selama kita menempatkan Allah diatas apapun. Semisal menata sebuah perasaan
kecewa. Mana yang lebih kau kecewakan, tertinggal laju kereta atau tertinggal
shalat berjama’ah?
#Shalat
mengajari kita tentang orientasi hidup yang semestinya
Shalat.
Adakah tempat di bumi yang cocok bagi hati saat sedang shalat? Sungguh tak
layak, takbiratul ihram, hatinya jauh berada dibawa keinginan ke suatu tempat,
entah perbelanjaan entah wisata, entah rumah. Sungguh tak pantas, takbiratul
ihram, hatinya dibawa ke atas sajadah. Menghitung ruas-ruas garis yang
tergambar, mengamati kubah masjid yang melengkung. Tidak lain tidak bukan,
tempat yang cocok untuk hati hanyalah akhirat. Mengajarkan kepada kita, bahwa Selalu,
jadikanlah akhirat sebagai orientasi hidup.
Sudahkah kita
termasuk seseorang yang mengetahui orientasi hidup kita?
Iya.
Selama apa yang kita lakukan di dunia adalah untuk akhirat. Semisal pada
situasi memegang sejumlah uang. Mana kau akan memilih? Menyedekahkan atau
bersenang-senang (termasuk merayakan pesta kembang api tahun baru mungkin).
Semisal dini hari, kau para pecinta bola, mana kau akan memilih? Menonton sepak
bola atau sujud dalam tahajjud. Semisal diwaktu senggangmu, mana kau akan
memilih? Membaca Al Qur’an atau meramaikan medsosmu?.
***
Ah, benar-benar
masih jauh, sangat teramat jauh.Semoga, tak lelah belajar, meski tertatih
menuju kesana :)
Tiba di
penghujung tahun,
Yogyakarta, 31
Desemmber 2015
23.20 (Asrama
hikaru)
Inspired by
Ust.Syatori Abdurrauf dalam Muhasabah Akhir Tahun JIF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar