Wuiih, tau sendiri lah yaa, gimana macetnya sepanjang jalan sapen kalau
pagi hari (jam berangkat sekolah) atau siang hari (jam pulang sekolah) atau
jam-jam tertentu (yaa kalau SD Muh.Sapen ada acara). Jalan sesempit itu, penuh
dengan mobil-mobil yang antar-jemput anak sekolah, motor-motor yang melintas,
juga ramai pejalan kaki yang menuju kampus. Tapi, patut dihargai juga lah, dari
sekolah ada orang-orang khusus yang berjaga di sepanjang jalan itu, terutama di
persimpangan-persimpangan jalan, dan belokan-belokan. Yaa meskipun tetap saja,
saya lebih memilih muter-muter daripada lewat situ *kalau pas inget itu jam
macet.
Tidak untuk suatu sore, saya benar-benar tidak tahu kalau ada macet
panjang disana, entah tersebab apa. Alhasil, jalannya motor mepet pinggir,
pelan, dan sedikit berdesakan. Jengkel sekali dengan motor di belakang saya,
gasnya menderu meraung-raung, sesekali belnya berbunyi. Sedikit ada celah,
kembali menekan gas kuat-kuat mendekati saya. “Sabar donk, nggak bisa laah
mau salip-menyalip, wong jalannya aja gini” dalam hatiku.
Kami terus berjalan pelan, dengan jengkel yang nggak berkurang sedikitpun
sama motor di belakang. Dan tadaaa,
berhasillah motor itu tepat disampingku. Aku menoleh.
Ternyataaaa, kenapa beliau ngebet sekali menyusulku, dengan lembut beliau
berkata “Mbak, maaf tasnya mbak kebuka udah agak lebar. Minggir dulu aja
Mbak, dibenerin” katanya. Aku berbelok menepi.
Benar, resleting tasku sudah terbuka lebar dan isinya nyaris berjatuhan. Nah,
mau ditaruh mana ‘jengkel’nya tadi? -_-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar