Follow Us @whanifalkirom

Kamis, 24 Mei 2018

LAKI – LAKI yang SALING BERSAHABAT

Source : pixabay.com
Beberapa kali saya terkagum dengan dua orang laki-laki, yang tampak hangat bersahabat. Jarang, saya rasa. Seperti halnya saya terkagum dengan seorang suami yang cekatan membantu istrinya menyapu atau mencuci. Seperti halnya saya terkagum dengan seorang mas yang ramah mengajak bermain anak-anak kecil. Juga seperti halnya saya terkagum dengan kakak laki-laki yang memanjakan adik perempuannya. Kembali pada dua laki-laki yang bersahabat, romantis. Terkadang saya juga berfikir, tingkat kedekatan, keawetan, juga ketulusan mereka melampaui dua perempuan yang saling bersahabat, atau laki-laki dan perempuan yang saling bersahabat (katanya sih kalau ini tidak ada rumusnya, status sahabat hanya pengganti kondisi adanya udang dibaling bakwan :P). Walaupun kondisi-kondisi demikian, kenyatannya saya juga tak mengerti...

Rasa persahabatan itu ada, nyata sejak masa lampau. Beberapa kisah hangat bersahabat, masih lekat dan banyak dikenang, seperti kisah mereka...

Dua laki-laki. Salah satunya melangkahkan kaki terlebih dahulu, masuk ke dalam cekungan gua. Menelisik, meneliti dengan seksama setiap sudut untuk menemukan lubang-lubang bahaya. Beliau duduk, meluruskan kaki, menutup lubang tersebut dengan tubuhnya. Mempersilahkan lelaki yang beliau biarkan masuk kemudian, untuk merebah, dan istirahat di pangkuan. Tidak lama, hingga sengatan binatang berbisa mulai dirasa, perih tiada terkira. Tapi, tertahan, demi menghindari si lelaki di pangkuan yang begitu pulas memejam mata, terganggu dan terbangun karenanya. Ialah Abu Bakar Ash Shidiq dan Rasulullah saw, dalam perjalanan hijrah, dan singgah di sebuah gua bernama gua tsur...

Dua laki-laki bersahabat. Terlibat rasa dengan perempuan yang sama. Salah satu lelaki itu datang meminang, sungguh malang takdir sedang tak berpihak. Perempuan itu justru memilih lelaki lain, yang tidak lain tidak bukan adalah sahabatnya. Wajar, bila ia sedih, perih teriris-iris. Namun, yang keluar dari mulutnya adalah ikrar pemberian untuk sahabat tersebut, berupa mahar dan nafkah yang telah ia siapkan. “Cepatlah kalian menikah, saya siap menjadi saksinya”. Imbuhnya. Ialah Salman yang merelakan perempuan pujaan hatinya untuk seorang sahabat bernama Abu Darda’...

Dan akhir-akhir ini saya juga sering terharu, menyaksikan ulama-ulama bersatu, saling santun dalam mengungkap rasa, duduk bersama mencipta harmoni. Semoga menjadi sahabat karena iman. Semoga terus tumbuh generasi-generasi yang juga saling bersahabat karena iman...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar