1. Pemimpin yang Adil
Adil berarti
meletakkan sesuatu pada tempatnya sesuai syari’at. Pemimpin yang bersikap adil,
keadilannya sangat memeperhatikan kesesuaiannya dengan apa yang diperintahkan
syari’at, bukan dengan kacamata manusia.
Sebagai contoh, keadilannya terhadap orang miskin. Pemimpin berkewajiban
untuk mengingatkan pembayaran zakat bagi orang-orang yang mampu. Ia tidak akan
membiarkan fenomena “lebih takut tidak membayar pajak, daripada tidak membayar
zakat”
Begitupula dengan pemimpin keluarga, keadilannya
terletak pada bagaimana supaya istri dan anak mereka berada dalam naungan
syari’at Allah.
2. Pemuda yang Tumbuh dalam Ketaatan kepada Allah
Karena biasanya
pemuda, nafsu terhadap dunia dan kelalaian terhadap akhiratnya begitu tinggi.
Maka, jika ia tidak menggunakan masa mudanya untuk berhura-hura dan menuruti
hawa nafsunya, maka ialah pemuda yang pantas mendapatkan naungan Allah di hari
kiamat. Pemuda yang menjaga shalatnya berjama’ah di masjid, akhlak terhadap
orangtua, dan orang-orang di sekelilingnya baik, tidak menghabiskan waktunya
untuk hal yang sia-sia, dan contoh-contoh lainnya.
3. Laki-laki yang Hatinya Senantiasa Terpaut pada Masjid (Mencintai Masjid)
Kecintaannya
pada masjid, terlihat dari bagaimana ia akan bersegera ke masjid bila kumandang
adzan tiba, dalam waktu sesibuk sekalipun. Apabila sangat terpaksa terlambat
atau tidak bisa menunaikannya, maka akan terbersit di hatinya sebuah penyesalan.
Untuk laki-laki, perhatikanlah, tempat
shalatnya adalah masjid, bukan rumah.
4. Dua Orang yang Saling Mencintai Karena Allah
Ialah dua orang yang bertemu karena Allah, dan berpisahpun karena Allah.
Persahabatan mereka, antara siapapun itu, dibangun bukan karena dunia,
melainkan karena kecintaan yang besar untuk saling mengingatkan dan menguatkan
dalam menjalankan ketaatan kepada Allah.
Maka, ada kewajiban bagi kita yang
sudah merasakan manisnya iman, untuk mengajak mereka (sahabat-sahabat) supaya
bersama-sama merasakan manisnya. Mengajak untuk menghadiri majlis ilmu,
mengajak menikmtai nikmatnya beribadah, hingga akhirnya bisa menjalankan
ketaaatan bersama.
5. Seorang Laki-laki yang Diajak Berzina oleh Wanita, Namun Menolak Karena
Takut akan Kemurkaan Allah
Bercermin dari kisah Yusuf ‘alaihis
salam, meskipun hatinya juga berkeinginan ketika digoda oleh Zulaikha,
namun karena pertolongan Allah, rasa takutnya kepada Allah lebih besar
dibanding keinginan dan nafsunya.
Menjadi pengingat, sebagai manusia yang (tentu) iman (masih) pas-pasan, hendaknya
berhati-hatilah. Hati-hati dalam berkomunikasi dengan non-mahram, serta
penggunaan medsos yang berlebihan. Karena ia bisa menjadi wasilah perbuatan
zina yang Allah haramkan. Jika mudharatnya lebih besar, lebih baik tinggalkan.
6. Seseorang yang Bersedekah dengan Tangan Kanan, Namun Tangan Kirinya tidak
Tahu
Sedekah yang tidak dipamerkan di hadapan manusia atau dilakukan secara
sembunyi-sembunyi. Hal ini juga menjadi sarana belajar agar mampu menjaga
keikhlasan amal.
Noted. Hati-hati juga kalau selfie dan posting di media sosial
7. Orang yang Senantiasa Mengingat Allah dalam Keadaan Sendiri, dan Menetes
Air Matanya karena Takut Kepada Allah
Dalam keadaan sendiri, jauh dari rasa riya’
terhadap orang-orang, tumbuhkanlah rasa takut kepada Allah dengan berdzikir dan
mengingatNya dengan sepenuh hati, sampai menetes air matanya. Berlatihlah,
biasakanlah mudah menangis, ia akan melembutkan hati.
Selain dari tujuh
golongan di atas, terdapat pula hadits-hadits yang menunjukkan siapa
orang-orang yang berhak mendapatkan naungan Allah, yaitu:
(8) Orang yang Memundurkan Jatuh Tempo hutang orang
lain, karena masih dalam kesulitan atau kesusahan
“Barangsiapa memberi tenggang waktu
bagi orang yang berada dalam kesulitan untuk melunasi hutang atau bahkan
membebaskan hutangnya, maka dia akan mendapat naungan Allah”. (H.R Muslim
no. 3006)
(9) Orang yang Menghilangkan Kesusahan Saudara
Mukmin Lainnya
“Barangsiapa melapangkan urusan
seorang mukmin dari salah satu kesusahan dunia, maka Allah akan melapangkannya
dari salah satu kesusahan di hari kiamat...........” (H.R Bukhari dan
Muslim)
By. Ustadz Ridwan Hamidi, Lc (Masjid
Kampus UGM, 19 Agustus 2018)
Source : Pixabay.com |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar