Follow Us @whanifalkirom

Minggu, 05 Juni 2016

Bincang Bareng Ayah (BBA) #9

Karena sekalipun, aku belum pernah melewatkan malam 1 Ramadhan selain di rumah. Tidak terkecuali untuk malam ini. Duduk termenung sendirian, menatap gelas kosong di atas meja. Sepi. Rumah mungil yang kesehariannya hanya ada ayah dan ibu. Ah, aku hanyut dalam pikiranku sendiri. Beginilah alur kehidupan. Suami istri, yang awalnya hanya berdua. Kemudian lahir anak-anak yang meramaikan suasana. Kemudian seiring usia yang menyenja, anak-anak yang semakin mendewasa, pada akhirnya hanya kembali berdua. Kembali sepi. Jika harus ada ucapan terimakasih, rupanya ia memang pantas terucap untuk suami kepada istrinya, pun sebaliknya. Karena, siapa yang setia disisi, menemani hingga ujung usia? Selain suami / istri itu sendiri? Dengan penerimaan yang tulus, dengan kesabaran. Bersama melewati hidup yang bergelombang, jatuh-bangun, suka-duka_ah tak terdefinisikan lagi.
Tiba-tiba ayah keluar dari kamar, membuyarkan lamunanku. Berjalan pelan mendekati kursi di sebelah.
Aku     : “Bapak tumben nggak nyalain radio?”
Bapak  : “Bapak nggak sabar kaya’ mamak. Radio kok ribet, nyalain aja neko-neko caranya
Aku     : “Lho, Bapak kan sabar drono” (Bercanda ngledek sih, hehe)
Bapak  : “Ya memang aslinya sabar drono” (Jawab bercanda juga)
Aku     : “Heleh heleh
Bapak  : “Tau nggak, tak kasih tahu, sabar drono itu temennya rejo drono
Aku     : (Mengerutkan kening)
Bapak  : “Rejo itu artinya reje
Aku     : “Apa Pak, Reje?”
Bapak  : “Reje itu sakinah. Kalau dalam istilah Jawanya , Toto Tentrem Kertoraharjo
Aku     : “Terus?”
Bapak  : “Ya itu piweling, kalau orang hidup berdampingan itu harus saling menyelamatkan dan saling menyenangkan, dalam keindahan dan kebenaran. Biar hidupnya tenang, urusan tertata, hidup tertata, teratur, indah

Aku     : (Angguk - angguk saja)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar